Penurunan daya beli ini juga tercermin dari sektor lain, seperti penjualan otomotif yang menurun signifikan.Â
Pada tahun 2023, penjualan mobil nasional dalam sebulan bisa mencapai angka puluhan ribu, namun pada 2024, angka ini bahkan tidak mencapai separuhnya.Â
Penurunan penjualan kendaraan bermotor sering dianggap sebagai indikator melemahnya daya beli kelas menengah ke atas.
Yang lebih mencemaskan adalah penurunan penjualan produk-produk kebutuhan pokok, seperti sabun, mie instan, rokok, dan makanan ringan.Â
Biasanya, barang-barang ini tidak terlalu terpengaruh oleh pelemahan ekonomi. Namun, fakta bahwa penjualan produk-produk ini juga menurun menunjukkan bahwa penurunan daya beli masyarakat terjadi secara luas.
Tantangan Penyerapan Tenaga Kerja
Tantangan lainnya datang dari rendahnya penyerapan tenaga kerja. Saat ini, hampir 10 juta generasi muda di Indonesia tercatat menganggur dan tidak sedang menempuh pendidikan atau pelatihan.Â
Menurut Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), meskipun ekonomi Indonesia tumbuh, pertumbuhan ini tidak diikuti dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja yang optimal.Â
Jika pada era kejayaan industri manufaktur tahun 1990-an setiap 1% pertumbuhan ekonomi bisa menyerap hingga 600.000 pekerja, kini angka tersebut menurun drastis menjadi hanya 200.000 pekerja.Â
Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5%, hanya ada 1 juta lapangan kerja yang tercipta setiap tahun, sementara angkatan kerja baru bertambah 2,5 juta setiap tahunnya.
Pengaruh Suku Bunga Terhadap Ekonomi
Salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap perlambatan ekonomi adalah tingginya suku bunga bank.Â
Tingkat suku bunga yang tinggi membuat pelaku usaha enggan untuk meminjam modal dan melakukan ekspansi bisnis.Â