Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Hindari Pola Pikir Cepat Kaya, Kemerdekaan Finansial Butuh Waktu dan Kesabaran

21 September 2024   06:00 Diperbarui: 23 September 2024   21:48 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merdeka finansial | Dok. Shutterstock/One photo

Terkadang, kita merasa aman dengan kondisi keuangan kita, namun tiba-tiba terkejut melihat saldo yang semakin menipis. 

Hal ini sering terjadi karena kita malas untuk belajar cara mengatur uang dengan benar, padahal keuangan adalah fondasi masa depan. 

Tidak perlu langsung menguasai segalanya; kita bisa memulai dengan langkah-langkah kecil yang berdampak besar. 

Rasa malas tidak boleh membuat kita menyesal di kemudian hari. 

Sekarang adalah waktu yang tepat untuk belajar dan mengatur finansial dengan mindset yang tepat, agar kita tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga maju dan sejahtera.

1. Uang Adalah Alat, Bukan Tujuan

Mindset pertama yang harus dipahami adalah bahwa uang hanyalah alat, bukan tujuan akhir. 

Banyak orang berpikir bahwa semakin banyak uang yang dimiliki, maka semakin bahagia hidup mereka. 

Namun, pada kenyataannya, uang hanya menjadi alat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, bukan kebahagiaan itu sendiri. 

Ketika kita memahami ini, kita akan lebih bijak dalam mengelola keuangan.

Misalnya, seorang pengusaha sukses bernama Pak Rama awalnya berpikir bahwa semakin banyak uang yang ia peroleh, maka hidupnya akan semakin bahagia. 

Namun, setelah bekerja keras tanpa mempedulikan kesehatannya, keluarganya, atau kebahagiaannya sendiri, ia merasa kosong setelah menjadi kaya. Ia kehilangan waktu untuk menikmati hasil kerjanya. 

Jika sejak awal Pak Rama memahami bahwa uang hanya alat, ia mungkin akan lebih fokus pada bagaimana uang tersebut bisa membiayai kebutuhan hidupnya dan memberikan kebahagiaan bagi keluarganya, bukan semata-mata menumpuk kekayaan.

ilustrasi kekayaan. Sumber: freepik
ilustrasi kekayaan. Sumber: freepik

2. Pikirkan Jangka Panjang, Bukan Jangka Pendek

Mindset kedua adalah pentingnya berpikir jangka panjang. Banyak dari kita terbiasa berpikir hanya untuk kebutuhan saat ini atau beberapa bulan ke depan. 

Contohnya, ketika seseorang langsung menghabiskan gaji pertama mereka untuk membeli gadget terbaru atau makan di restoran mewah, tanpa ada tabungan atau investasi yang jelas. 

Pola pikir jangka pendek seperti ini membuat masa depan keuangan kita rentan.

Mengubah mindset menjadi berpikir jangka panjang berarti menyadari bahwa keputusan finansial yang kita ambil saat ini akan berdampak besar pada masa depan. 

Misalnya, jika seorang fresh graduate memutuskan untuk menabung sebagian gajinya dan menginvestasikan sisanya dalam reksa dana, ia akan memetik hasil dari investasi tersebut dalam beberapa tahun ke depan. 

Pada akhirnya, keputusan-keputusan kecil yang diambil dengan pola pikir jangka panjang dapat membawa kesejahteraan finansial yang lebih besar di masa depan.

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa hanya sekitar 29,66% penduduk Indonesia yang melek finansial pada tahun 2019. 

Hal ini menunjukkan bahwa banyak dari kita masih belum memikirkan masa depan keuangan secara serius. Penting untuk mengubah pola pikir ini agar kita bisa mempersiapkan masa depan yang lebih baik.

3. Semua Orang Bisa Belajar

Mindset ketiga adalah keyakinan bahwa semua orang bisa belajar tentang keuangan. 

Banyak orang merasa bahwa belajar keuangan hanya untuk mereka yang memiliki latar belakang pendidikan ekonomi atau mereka yang sudah pintar. 

Padahal, semua orang bisa belajar, terutama dengan akses informasi yang semakin mudah.

Contohnya, ada dua teman, Arya dan Bima. Arya merasa malas untuk belajar investasi karena ia berpikir hal tersebut terlalu sulit. 

Di sisi lain, Bima mulai belajar investasi dari YouTube, mengikuti webinar gratis, dan membaca artikel. 

Meskipun awalnya Bima tidak memiliki pengetahuan tentang keuangan, ia perlahan-lahan memahami konsep investasi dan mulai berinvestasi di reksa dana dan saham. 

Hasilnya, tabungan Bima tumbuh pesat. Kisah ini menunjukkan bahwa semua orang, tanpa terkecuali, bisa belajar mengelola keuangan asalkan ada kemauan.

Menurut penelitian Bank Dunia, literasi keuangan di Indonesia masih rendah, terutama di kalangan generasi muda. 

Namun, dengan banyaknya platform yang bisa dimanfaatkan untuk belajar, kita tidak lagi memiliki alasan untuk tidak mencoba.

4. Jangan Takut Gagal

Kesalahan dalam mengelola keuangan adalah hal yang wajar dan sering terjadi. 

Namun, banyak dari kita yang menjadi takut untuk mencoba lagi atau belajar lebih dalam soal keuangan setelah mengalami kegagalan. Padahal, kegagalan adalah pelajaran berharga.

Misalnya, seorang karyawan yang pernah mencoba investasi saham tanpa pengetahuan yang cukup bisa saja kehilangan sebagian besar uangnya saat pasar saham turun. 

Namun, bukannya menyerah, kegagalan ini bisa dijadikan pelajaran untuk belajar lebih dalam tentang analisis saham, manajemen risiko, dan diversifikasi. 

Setahun kemudian, ia mungkin bisa balik modal dan bahkan mendapatkan keuntungan yang lebih stabil dari investasi tersebut. 

Sayangnya, banyak investor pemula di Indonesia yang kapok setelah rugi, padahal kegagalan adalah langkah awal menuju kesuksesan.

5. Tidak Ada yang Instan

Mindset terakhir yang penting dimiliki adalah keyakinan bahwa tidak ada yang instan, terutama dalam hal keuangan. 

Terkadang kita terjebak dalam pola pikir cepat kaya, terutama ketika melihat orang-orang di media sosial yang tampak sukses dengan cepat. 

Padahal, kekayaan yang datang dengan cepat biasanya juga cepat habis.

Proses belajar mengelola keuangan memerlukan waktu, kesabaran, dan konsistensi. 

Hasilnya mungkin tidak langsung terlihat dalam hitungan hari atau bulan, tetapi dalam jangka panjang, dampaknya bisa sangat besar. 

Misalnya, menabung dan berinvestasi secara rutin dalam jumlah kecil bisa menghasilkan akumulasi yang signifikan dalam beberapa tahun.

Kesimpulan

Dari kelima mindset yang telah dibahas, kita bisa menyimpulkan bahwa mengelola keuangan dengan bijak membutuhkan perubahan pola pikir yang signifikan. 

Uang adalah alat, bukan tujuan. Dengan pola pikir jangka panjang, kita bisa mempersiapkan masa depan yang lebih baik. 

Semua orang bisa belajar tentang keuangan, dan kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan pelajaran untuk menjadi lebih baik. 

Akhirnya, memahami bahwa tidak ada yang instan dalam dunia keuangan akan membantu kita tetap sabar dan konsisten dalam mengelola uang untuk kesejahteraan jangka panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun