Seseorang mungkin merasa harus memiliki barang-barang tertentu agar terlihat 'mampu' atau 'sukses' di mata orang lain, padahal di balik layar, mereka mengandalkan pinjaman untuk mempertahankan gaya hidup tersebut.Â
Ini yang membuat banyak orang mudah terjebak dalam lingkaran utang yang seolah tidak ada ujungnya.
Bahaya Lingkaran Utang yang Terus Bertambah
Ketika kita terus-menerus menggunakan produk keuangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa perencanaan yang matang, kita sebenarnya sedang menggali lubang utang yang semakin dalam.Â
Mungkin pada awalnya terasa ringan, seperti cicilan kartu kredit atau "pay later" yang tampaknya tidak terlalu membebani.Â
Namun, jika ini dibiarkan tanpa pengelolaan yang baik, utang-utang kecil ini dapat menumpuk menjadi jumlah yang cukup besar.Â
Apalagi, produk-produk keuangan tersebut biasanya dilengkapi dengan bunga dan biaya keterlambatan yang bisa memperparah situasi finansial.
Tidak jarang, orang-orang yang terjebak dalam utang akhirnya mengalami masalah kesehatan mental seperti stres dan kecemasan.Â
Hal ini disebabkan oleh tekanan untuk terus melunasi utang, sementara penghasilan yang dimiliki tidak lagi cukup untuk kebutuhan lain.Â
Mereka yang terjebak dalam lingkaran utang mungkin juga harus menunda pencapaian tujuan keuangan jangka panjang, seperti menabung untuk membeli rumah, pendidikan anak, atau pensiun.
Di sisi lain, utang juga dapat memengaruhi relasi sosial seseorang.Â
Ketika seseorang merasa terbebani dengan utang, sering kali muncul ketegangan dalam hubungan keluarga atau pertemanan.Â