Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Secangkir Latte di Celah Waktu

6 September 2024   18:00 Diperbarui: 6 September 2024   18:03 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi: Secangkir Latte di Celah Waktu

Pagi tiba dengan janji-janji kecil
seperti aroma kopi di sudut warung,
kau sibuk menakar waktu,
menghitung lembar demi lembar pengeluaran
yang tak pernah terasa hilang,
seperti secangkir latte yang kau beli setiap hari.

Di antara sruputan kecil,
aku memikirkan bagaimana sepotong kebiasaan
bisa menjadi sungai panjang,
mengalir ke arah yang tak kau sadari,
tapi menghanyutkan mimpi-mimpi besar.

Aku lihat kau mulai mengubah isyarat,
membuat niatmu tertulis di selembar kertas,
setiap pagi,
setiap kali kau menahan langkah ke warung
dan mengalihkan pandangan ke tabungan kecil di ponselmu.

Kita adalah kebiasaan yang kita bentuk,
katamu suatu kali.
Seperti kopi yang mulai kau ganti dengan air putih,
atau sekadar berjalan lebih jauh
menghindari godaan aroma manis di setiap pagi.

Sederhana, tapi mengakar,
seperti langkah-langkah kecil
yang menuntun kita ke depan,
mengurangi beban,
hingga kita sampai di ujung jalan,
dan menengok ke belakang,
melihat betapa jauhnya kita telah melangkah
dari secangkir latte yang dulu kita anggap sepele.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun