Puisi: Secangkir Latte di Celah Waktu
Pagi tiba dengan janji-janji kecil
seperti aroma kopi di sudut warung,
kau sibuk menakar waktu,
menghitung lembar demi lembar pengeluaran
yang tak pernah terasa hilang,
seperti secangkir latte yang kau beli setiap hari.
Di antara sruputan kecil,
aku memikirkan bagaimana sepotong kebiasaan
bisa menjadi sungai panjang,
mengalir ke arah yang tak kau sadari,
tapi menghanyutkan mimpi-mimpi besar.
Aku lihat kau mulai mengubah isyarat,
membuat niatmu tertulis di selembar kertas,
setiap pagi,
setiap kali kau menahan langkah ke warung
dan mengalihkan pandangan ke tabungan kecil di ponselmu.
Kita adalah kebiasaan yang kita bentuk,
katamu suatu kali.
Seperti kopi yang mulai kau ganti dengan air putih,
atau sekadar berjalan lebih jauh
menghindari godaan aroma manis di setiap pagi.
Sederhana, tapi mengakar,
seperti langkah-langkah kecil
yang menuntun kita ke depan,
mengurangi beban,
hingga kita sampai di ujung jalan,
dan menengok ke belakang,
melihat betapa jauhnya kita telah melangkah
dari secangkir latte yang dulu kita anggap sepele.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H