Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

79 Tahun Merdeka, Mengapa Masyarakat Masih Terjebak dalam Lingkaran Utang?

22 Agustus 2024   06:00 Diperbarui: 22 Agustus 2024   07:05 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Indonesia merayakan hari kemerdekaannya yang ke-79, kita diingatkan akan perjuangan panjang dan pengorbanan besar yang telah dilakukan oleh para pahlawan untuk meraih kemerdekaan ini. 

Namun, seiring dengan perayaan tersebut, kita juga perlu merenungkan makna kemerdekaan yang lebih luas, terutama dalam konteks kehidupan kita sehari-hari. 

Meski bangsa ini telah merdeka secara politik sejak tahun 1945, banyak di antara kita yang masih belum merasakan kemerdekaan dalam aspek lain, salah satunya adalah kemerdekaan finansial.

Kemerdekaan finansial adalah kemampuan untuk mengelola keuangan pribadi secara mandiri, tanpa bergantung pada utang atau bantuan dari pihak lain. 

Ini berarti kita dapat memenuhi kebutuhan hidup, mengatasi situasi darurat, dan bahkan merencanakan masa depan tanpa harus khawatir tentang keuangan. 

Namun, kenyataannya, banyak masyarakat Indonesia yang masih jauh dari kemerdekaan finansial. 

Mereka bekerja keras, bahkan sering kali sampai melupakan kesehatan dan kebahagiaan pribadi, tetapi tetap saja keuangan mereka masih pas-pasan, atau bahkan lebih buruk, terjerat utang yang mencekik.

Konsumerisme: Musuh Kemerdekaan Finansial

Salah satu penyebab utama dari masalah ini adalah perilaku konsumtif yang begitu mendominasi masyarakat kita. 

Konsumerisme yang tinggi telah menjadi salah satu kontribusi besar terhadap kemiskinan di Indonesia, meskipun tentu saja bukan satu-satunya faktor. 

Konsumerisme ini tercermin dalam gaya hidup masyarakat yang lebih mementingkan penampilan dan status sosial daripada kestabilan finansial. 

Misalnya, kita sering melihat orang-orang membeli barang-barang mewah, seperti ponsel terbaru, pakaian bermerk, atau kendaraan pribadi, bukan karena kebutuhan, tetapi karena dorongan untuk terlihat 'lebih' di mata orang lain.

Fenomena ini diperparah dengan mudahnya akses terhadap kredit dan pinjaman. 

Pinjaman online, atau pinjol, semakin marak di Indonesia. Banyak orang yang meminjam uang bukan untuk kebutuhan mendesak, tetapi untuk memenuhi gaya hidup yang sesungguhnya tidak mereka butuhkan. 

Mereka tergoda oleh tawaran kredit instan dengan bunga rendah, tanpa mempertimbangkan kemampuan untuk melunasinya. 

Ketika utang tersebut tidak dapat dibayar tepat waktu, bunga yang tinggi dan denda keterlambatan memperparah kondisi ekonomi mereka. Akibatnya, mereka terjebak dalam lingkaran setan utang yang semakin sulit untuk diatasi.

Selain itu, banyak orang Indonesia yang masih belum memiliki kesadaran untuk menabung dan berinvestasi. 

Ketika sebagian besar pendapatan dihabiskan untuk konsumsi dan pembayaran utang, hanya sedikit yang tersisa untuk ditabung atau diinvestasikan. 

Akibatnya, banyak dari kita yang tidak memiliki dana cadangan untuk keadaan darurat, sehingga menjadi sangat rentan terhadap kemiskinan ketika menghadapi situasi tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau biaya kesehatan yang mendadak.

Paradigma Uang: Barang atau Kebebasan?

Di tengah situasi ini, penting bagi kita untuk memahami bahwa uang sebenarnya hanya bisa membeli dua hal: materi atau kebebasan. Ketika kita memiliki banyak uang, kita bisa membeli keduanya. 

Namun, ketika uang kita hanya pas-pasan, kita harus memilih, apakah akan membeli barang atau kebebasan. Sayangnya, kebanyakan dari kita lebih memilih untuk membeli barang daripada kebebasan. 

Hal ini disebabkan oleh pola pikir yang sudah lama tertanam di masyarakat kita, bahwa membeli barang adalah jalan menuju kehidupan yang bahagia dan melimpah. 

Kita sering kali terpengaruh oleh iklan dan media sosial yang menggambarkan kebahagiaan sebagai memiliki barang-barang mewah dan mengikuti tren terkini.

Namun, realitas yang terjadi justru sebaliknya. Terlalu fokus pada konsumsi materi sering kali membawa kita pada kehidupan yang penuh dengan kesulitan dan kekurangan. 

Barang-barang yang kita beli dengan susah payah, terutama melalui utang, pada akhirnya hanya memberikan kebahagiaan sementara. 

Setelah euforia awal hilang, kita sering kali merasa kosong dan kembali mencari barang lain untuk mengisi kekosongan tersebut. Siklus ini terus berulang, dan tanpa disadari, kita semakin jauh dari kemerdekaan finansial.

Hidup yang bahagia dan berlimpah sebenarnya bisa diraih melalui cara yang berbeda, yakni dengan memilih untuk membeli kebebasan. 

Ketika kita berhenti menghabiskan uang untuk hal-hal yang bersifat materi dan mulai memprioritaskan kebebasan, banyak keuntungan yang akan kita dapatkan. 

Salah satu keuntungan terbesar adalah kita tidak lagi hidup di masa lalu. Ketika kita memilih untuk memprioritaskan kebebasan, kita akan lebih fokus untuk hidup di saat ini tanpa harus terus-menerus memperbaiki keputusan-keputusan finansial yang buruk di masa lalu.

Manfaat Memprioritaskan Kebebasan Finansial

Selain itu, dengan membeli kebebasan, kita tidak lagi takut akan masa depan. 

Ketika kita membuat keputusan keuangan yang bijak dan mempersiapkan masa depan dengan baik, masa depan kita menjadi lebih pasti dan tidak lagi menakutkan. 

Keuntungan lainnya adalah kehidupan finansial kita menjadi lebih tertata. 

Kita tidak perlu lagi khawatir tentang utang yang menumpuk atau tagihan yang harus dibayar, karena kita telah memiliki kendali penuh atas keuangan kita.

Memprioritaskan kebebasan finansial juga membawa dampak positif terhadap kesehatan mental kita. 

Terlalu banyak barang yang tidak terpakai di rumah kita hanya akan menciptakan kekacauan dan stres yang tidak perlu. 

Barang-barang ini sering kali menjadi beban, baik secara fisik maupun emosional, yang mengganggu pikiran kita. Dengan memilih kebebasan, kita bisa hidup lebih sederhana, lebih tenang, dan lebih damai. Kita tidak perlu lagi merasa tertekan oleh keinginan untuk selalu memiliki barang terbaru atau hidup sesuai dengan standar orang lain.

Yang paling penting, dengan memiliki kebebasan, kita memiliki lebih banyak kontrol atas waktu kita. 

Kebebasan sejati adalah kemampuan untuk mengontrol waktu kita sendiri, melakukan apa yang kita inginkan, kapan kita menginginkannya, dan di mana kita ingin melakukannya. 

Dengan kebebasan, kita juga memiliki keberanian untuk mengambil risiko yang mungkin akan berhasil. 

Kebebasan finansial memberi kita kesempatan untuk mencoba hal-hal baru, seperti memulai bisnis atau mengejar karir impian, tanpa takut kehilangan stabilitas keuangan.

Pada akhirnya, kebebasan finansial memungkinkan kita untuk membeli hidup yang kita inginkan. 

Tidak ada yang salah dengan memiliki barang-barang yang bagus, tetapi jika kita ingin mencapai kebebasan sejati, kita harus mengejar kebebasan terlebih dahulu. Hanya dengan kebebasan kita bisa hidup nyaman dan memiliki materi yang kita inginkan. 

Oleh karena itu, mari kita renungkan kembali makna kemerdekaan ini dan memilih untuk membeli kebebasan finansial, bukan sekadar materi yang pada akhirnya tidak memberi kita kebahagiaan sejati.

Merdeka Secara Finansial: Langkah Nyata yang Bisa Diambil

Untuk mencapai kemerdekaan finansial, diperlukan perubahan paradigma dan disiplin yang kuat dalam mengelola keuangan. 

Pertama-tama, kita perlu mengidentifikasi pengeluaran yang tidak perlu dan belajar untuk hidup sederhana. 

Ini bukan berarti kita harus menjalani hidup yang penuh dengan kekurangan, tetapi kita harus lebih bijaksana dalam memilih mana yang benar-benar dibutuhkan dan mana yang hanya keinginan sementara.

Langkah kedua adalah membangun kebiasaan menabung dan berinvestasi. 

Menabung adalah fondasi dari kemerdekaan finansial. Dengan memiliki dana cadangan, kita bisa mengatasi situasi darurat tanpa harus berutang. 

Selain menabung, berinvestasi juga penting untuk memastikan uang kita berkembang dan tidak tergerus oleh inflasi. 

Investasi yang bijak, seperti di reksa dana, saham, atau properti, dapat memberikan penghasilan pasif yang akan membantu kita mencapai tujuan keuangan jangka panjang.

Ketiga, penting bagi kita untuk menghindari utang konsumtif. 

Utang yang digunakan untuk membeli barang-barang yang tidak produktif, seperti gadget atau pakaian mewah, hanya akan menambah beban finansial kita. 

Jika harus berutang, pastikan bahwa utang tersebut digunakan untuk hal-hal yang dapat meningkatkan nilai aset kita, seperti pendidikan atau investasi.

Keempat, kita harus terus belajar dan meningkatkan literasi keuangan. 

Pengetahuan tentang keuangan adalah kunci untuk membuat keputusan yang bijak. Dengan memahami bagaimana uang bekerja, kita bisa mengelola keuangan dengan lebih baik dan menghindari jebakan utang serta penipuan finansial.

Kesimpulan

Kemerdekaan finansial bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dalam semalam. Ini adalah perjalanan panjang yang membutuhkan disiplin, kesabaran, dan pengetahuan. 

Namun, dengan tekad yang kuat dan langkah-langkah yang tepat, kita semua bisa meraih kemerdekaan finansial yang sejati. 

Di tengah perayaan kemerdekaan Indonesia yang ke-79 ini, mari kita jadikan momen ini sebagai titik awal untuk memerdekakan diri dari jeratan konsumerisme dan menuju kehidupan yang lebih mandiri secara finansial.

Dengan begitu, kita tidak hanya merayakan kemerdekaan politik, tetapi juga merayakan kemerdekaan dalam kehidupan pribadi kita sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun