Saya terpikat oleh sensasi cepat yang diberikan oleh konsumerisme, tetapi dalam prosesnya, saya menyadari bahwa tidak ada pencapaian materi yang benar-benar dapat memenuhi kebutuhan emosional dan psikologis saya yang lebih dalam.
Hidup dalam siklus konsumerisme membuat saya tetap berada dalam pola pikir kekurangan.
Seperti yang dikatakan oleh pepatah,
“Bukan orang yang mempunyai terlalu sedikit, tetapi orang yang menginginkan lebih, itulah yang miskin.”
Ketika kita selalu merasa tidak cukup, meskipun kita memiliki segala sesuatu yang kita butuhkan, kita jatuh ke dalam perangkap psikologis yang menghambat kebahagiaan sejati.
Pola Pikir dan Tantangan Gaya Hidup Modern
Beberapa orang merasa bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain selain tetap berada dalam perlombaan tikus tanpa batas waktu.
Mereka mungkin merasa terjebak dalam siklus ini karena tekanan sosial, ekspektasi masyarakat, atau kebutuhan finansial.
Saya dulunya juga berpikir demikian—bahwa tidak ada cara lain untuk hidup di dunia yang kompetitif ini.
Namun, kenyataannya adalah bahwa kita sering kali terjebak dalam pola pikir yang membatasi kita untuk melihat alternatif yang lebih memuaskan dan lebih sehat.
Ya, kita membutuhkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan di dunia material ini. Dan memang benar bahwa tidak ada kebebasan total dari pekerjaan dan tanggung jawab.
Faktanya, berbagai agama dan filsafat membahas pentingnya kerja yang memiliki tujuan dan makna.