Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Sarjana Ekonomi Universitas Negeri Malang, suka menulis tentang ekonomi dan puisi, pegiat literasi keuangan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tren Global Penurunan Tingkat Kelahiran: Implikasi Ekonomi dan Lingkungan

15 Juli 2024   06:00 Diperbarui: 15 Juli 2024   06:43 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi keluarga. sumber: freepik

Populasi manusia di Bumi terus meningkat dengan cepat, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan fenomena menarik: penurunan tingkat kelahiran global. 

Pada tahun 1950, jumlah populasi global mencapai 2,5 miliar orang. Dalam empat dekade berikutnya, angka ini meningkat dua kali lipat. Proyeksi menunjukkan populasi akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2080, mencapai angka sekitar 10 miliar. 

Namun, pertanyaannya adalah mengapa kita melihat penurunan tingkat kelahiran saat ini?

Mengapa Tingkat Kelahiran Menurun?

Tingkat kelahiran global saat ini adalah sekitar 2,3 anak per perempuan, menunjukkan bahwa setiap perempuan rata-rata melahirkan sedikit lebih dari dua anak. Namun, ini berbeda-beda di berbagai wilayah. 

Di Afrika, rata-rata kelahiran mencapai lebih dari empat anak per perempuan, sementara di Australia, Amerika Latin, dan Asia, rata-rata kelahiran adalah sekitar dua anak. Di sisi lain, Amerika Utara dan Eropa memiliki tingkat kesuburan terendah.

Studi Kasus: Penurunan Tingkat Kelahiran di Indonesia

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, juga mengalami penurunan signifikan dalam tingkat kelahiran. Dari 2,49 pada tahun 2010, tingkat kelahiran turun menjadi 2,1 pada tahun 2020. 

Hal ini menunjukkan bahwa perempuan di Indonesia kini rata-rata hanya melahirkan dua anak selama hidupnya. 

Data dari Badan Pusat Statistik menegaskan bahwa laju pertumbuhan populasi Indonesia terus melambat, mencatatkan angka terendah sebesar 1,13% pada tahun 2023.

Penurunan ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Negara-negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan, Jepang, dan bahkan Cina, juga menghadapi masalah serupa. 

Meskipun Cina telah menghapus kebijakan satu anak pada tahun 2015, banyak pasangan muda di Cina tetap memilih untuk tidak memiliki anak karena alasan ekonomi yang berat dan preferensi hidup yang berubah.

Implikasi Ekonomi dari Penurunan Kelahiran

Tren penurunan tingkat kelahiran ini menciptakan tantangan serius bagi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. 

Penurunan populasi dapat menyebabkan krisis tenaga kerja, di mana angkatan kerja akan semakin mengecil karena jumlah generasi yang lebih muda kurang dari generasi yang lebih tua yang pensiun. 

Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena kurangnya tenaga kerja produktif yang dapat menggerakkan sektor-sektor ekonomi.

Di sisi lain, ada juga peluang. Dengan populasi yang lebih kecil, persaingan dalam pasar tenaga kerja dapat berkurang, yang mungkin menghasilkan kenaikan upah dan peningkatan kualitas hidup bagi pekerja. 

Pengeluaran pemerintah untuk layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan juga dapat berkurang karena populasi yang lebih kecil memerlukan kurangnya sumber daya ini.

Dampak Lingkungan dari Penurunan Kelahiran

Selain implikasi ekonomi, penurunan populasi juga dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan. 

Mengingat tekanan besar yang diberikan manusia pada sumber daya alam Bumi, penurunan populasi dapat membantu mengurangi jejak ekologis global. Lebih sedikit orang berarti lebih sedikit konsumsi energi, air, dan bahan mentah, serta penurunan dalam emisi karbon dan limbah.

Namun, ada juga tantangan yang terkait dengan penurunan populasi. Negara-negara dengan tingkat kelahiran yang sangat rendah dapat menghadapi masalah penyeimbangan demografis, di mana jumlah penduduk usia tua yang tidak produktif dapat melebihi jumlah generasi muda yang aktif secara ekonomi. 

Hal ini dapat menyebabkan tekanan besar pada sistem pensiun dan kesehatan, serta memerlukan kebijakan publik yang bijaksana untuk mengelola masalah ini.

Perubahan Nilai dan Preferensi Sosial

Faktor lain yang mempengaruhi penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan nilai dan preferensi sosial di kalangan masyarakat. 

Di banyak negara maju, masyarakat semakin fokus pada pendidikan, karier, dan gaya hidup yang lebih mandiri. Wanita lebih sering memasuki pasar tenaga kerja dan mengejar pendidikan tinggi, yang sering kali berdampak pada keputusan untuk menunda pernikahan dan memiliki anak.

Gerakan "childfree" atau tanpa anak juga semakin populer di kalangan anak muda, mencerminkan perubahan nilai-nilai sosial yang berkembang. 

Beberapa individu memilih untuk tidak memiliki anak karena alasan ekonomi, lingkungan, atau preferensi hidup yang lebih fokus pada pengembangan pribadi dan kontribusi sosial yang berbeda.

Kebijakan Publik dan Tantangan Masa Depan

Menghadapi tantangan penurunan tingkat kelahiran, pemerintah di seluruh dunia perlu mengadopsi kebijakan publik yang bijaksana. 

Inisiatif untuk mendukung keluarga, seperti tunjangan keluarga, cuti orang tua yang lebih panjang, dan fasilitas penitipan anak yang terjangkau, dapat membantu merangsang kelahiran yang lebih tinggi. 

Di sisi lain, program imigrasi yang selektif dapat membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja yang mungkin terjadi akibat penurunan populasi.

Pemerintah juga perlu mempertimbangkan kebijakan yang mendukung lingkungan, seperti promosi gaya hidup berkelanjutan dan investasi dalam energi terbarukan. 

Peningkatan kesadaran akan keberlanjutan lingkungan dapat mengubah sikap masyarakat terhadap memiliki anak, dengan lebih banyak orang mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan ini.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, penurunan tingkat kelahiran global memunculkan berbagai tantangan dan peluang yang kompleks. 

Penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk memahami implikasi jangka panjang dari tren ini terhadap populasi, ekonomi, dan lingkungan, serta mengambil langkah-langkah yang bijaksana untuk menghadapinya. 

Dengan menggali lebih dalam faktor-faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mempengaruhi keputusan untuk memiliki anak, kita dapat merancang masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun