Dalam konteks ini, ketergantungan pada transferan uang dari keluarga, terutama dari anak-anak, menjadi strategi umum untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk lanjut usia.Â
Tradisi ini, meskipun berakar dalam budaya keluarga yang kuat, mencerminkan kekurangan sistem pensiun yang andal dan inklusif di sebagian besar negara Asia.
Ketergantungan pada Transferan Keluarga
Salah satu temuan menarik dalam laporan ADB adalah bahwa banyak warga lanjut usia di Asia hidup dengan mengandalkan transferan uang dari keluarga, terutama dari anak-anak mereka.Â
Tradisi ini, yang dianggap sebagai bagian dari kebudayaan Asia, menyoroti hubungan erat antara generasi yang lebih tua dan lebih muda.Â
Namun, ketergantungan pada transferan keluarga juga menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan jangka panjang dari model ini.
Sementara beberapa negara seperti China dan Vietnam memiliki persentase yang tinggi dari lansia yang menerima bantuan finansial dari anak-anak mereka, negara lain seperti Indonesia juga menghadapi tantangan serupa.Â
Dengan pertumbuhan populasi lansia yang semakin besar, akan menjadi semakin penting untuk mencari solusi yang dapat mengurangi ketergantungan pada transferan keluarga dan memastikan bahwa lansia memiliki sumber pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Lansia yang Masih Bekerja
Di beberapa negara Asia, sebagian besar lansia masih aktif bekerja demi mencari penghasilan tambahan. Ini bisa menjadi respons terhadap kurangnya dana pensiun yang mencukupi atau kebutuhan finansial yang terus meningkat.Â
Namun, meskipun banyak lansia yang masih bekerja, ada juga tantangan tersendiri terkait dengan partisipasi mereka dalam pasar tenaga kerja.
Misalnya, di negara-negara seperti Bangladesh, Indonesia, dan India, persentase lansia yang masih bekerja bisa cukup tinggi.Â
Namun, ada juga penurunan dalam partisipasi mereka seiring bertambahnya usia, meskipun tetap tinggi hingga usia 70-an dan 80-an di banyak negara.Â