Dalam beberapa tahun terakhir, Asia telah menyaksikan transformasi demografis yang signifikan, dengan jumlah penduduk lanjut usia yang terus bertambah.Â
Tren ini merupakan hasil dari peningkatan harapan hidup dan penurunan tingkat kelahiran di banyak negara di kawasan ini.Â
Meskipun peningkatan harapan hidup adalah prestasi kesehatan yang luar biasa, itu juga menimbulkan tantangan baru yang perlu dihadapi oleh masyarakat dan pemerintah di Asia: bagaimana mengelola populasi lanjut usia yang semakin besar.
Peningkatan Lansia di Asia: Tantangan dan Dampaknya
Menurut laporan terbaru dari Asian Development Bank (ADB), populasi lansia di Asia diperkirakan akan meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade mendatang.Â
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh masyarakat dan pemerintah adalah memastikan bahwa populasi lanjut usia dapat hidup dengan layak dan sejahtera.Â
Namun, data menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di Asia tidak memiliki dana pensiun yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Laporan ADB menggambarkan fenomena yang dikenal sebagai "generasi sandwich", di mana generasi yang lebih muda harus membiayai kehidupan orang tua mereka sementara juga harus mengatasi kebutuhan finansial mereka sendiri.Â
Hal ini menciptakan beban tambahan bagi generasi yang sedang bekerja, serta menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan sistem pensiun di Asia.
Generasi Sandwich: Tantangan dalam Biaya Hidup Lansia
Fenomena yang disebut sebagai "generasi sandwich" telah muncul di Asia, di mana generasi yang lebih muda harus membiayai kehidupan penduduk lanjut usia, sementara mereka juga harus mengatasi biaya hidup mereka sendiri dan mungkin juga biaya untuk membiayai generasi lebih muda mereka.Â
Laporan ADB menyoroti bahwa banyak generasi muda di Asia terjebak dalam peran ini, yang menciptakan ketidakstabilan keuangan dan sosial dalam masyarakat.