Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kesibukan vs Kualitas Hidup: Mencari Makna di Tengah Tantangan Modern

2 Maret 2024   18:00 Diperbarui: 2 Maret 2024   18:07 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sibuk. sumber: freepik

Namun, dalam perjalanan menuju kebebasan sejati, kita harus berani menghadapi kenyataan bahwa kesibukan bukanlah ukuran kesuksesan. 

Kita perlu menyadari bahwa kebebasan sejati melibatkan kemampuan untuk memilih dengan bijaksana bagaimana kita menggunakan waktu berharga kita dan dengan siapa kita menghabiskan waktu tersebut.

Kesibukan vs. Kualitas Hidup

Menyadari bahwa kesibukan tidak selalu setara dengan keberhasilan, kita perlu membuka diri terhadap pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam. 

Apa yang sebenarnya menjadi alasan di balik kesibukan kita? Apakah kita sungguh-sungguh menikmati setiap momen kegiatan yang kita lakukan, ataukah kita hanya terjebak dalam pola rutinitas yang tidak memberikan makna pada kehidupan kita?

Studi menunjukkan bahwa produktivitas seharusnya bukan hanya tentang mengerjakan lebih banyak tugas, melainkan tentang menghasilkan output yang lebih berkualitas. Ini mengajarkan kita untuk lebih memfokuskan perhatian pada kualitas daripada kuantitas. 

Dengan menyadari bahwa waktu adalah sumber daya yang paling berharga, kita bisa mengarahkan energi kita pada hal-hal yang memberikan dampak nyata dalam hidup kita.

Dilema Pemimpin: Kesibukan vs. Pemikiran Strategis

Seiring dengan meningkatnya tuntutan pekerjaan di era modern, banyak pemimpin perusahaan yang merasa terjebak dalam kegilaan kesibukan. 

Mereka mungkin menghadiri puluhan rapat setiap bulan, menjalankan bisnis yang semakin kompleks, dan terjebak dalam deretan email yang terus bertambah. Namun, pertanyaannya adalah, apakah semua ini benar-benar diperlukan?

Menariknya, sebuah studi dari Columbia University menemukan bahwa 97% pemimpin senior menganggap pemikiran strategis sebagai kunci utama kesuksesan organisasi mereka. 

Namun, ironisnya, 96% dari mereka mengakui bahwa mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan pemikiran strategis tersebut. Ini menciptakan paradoks di mana para pemimpin, yang seharusnya menjadi arsitek utama perencanaan masa depan, malah tenggelam dalam kesibukan operasional yang tak berujung.

Hal ini membuka ruang untuk refleksi tentang bagaimana kita semua, baik sebagai pemimpin atau pekerja, bisa terjebak dalam rutinitas kesibukan yang sebenarnya tidak memberikan kontribusi signifikan pada pencapaian tujuan jangka panjang.

Tantangan Produktivitas di Era Digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun