Uni Soviet menerapkan sistem ekonomi terencana yang berpusat pada pemerintah, yang mengendalikan produksi dan distribusi secara keseluruhan.Â
Namun, hal ini tidak efisien dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang kompleks dan beragam, yang menyebabkan krisis ekonomi dan akhirnya keruntuhan Uni Soviet pada tahun 1991.
Kisah yang serupa terjadi di Tiongkok, di mana kebijakan ekonomi terpusat yang diterapkan oleh Mao Zedong menyebabkan bencana kelaparan massal yang dikenal sebagai "Kelaparan Besar", menelan jutaan korban jiwa.
Demikian pula, berbagai negara komunis lainnya seperti Korea Utara, Kuba, dan Kamboja juga mengalami berbagai masalah ekonomi dan pelanggaran HAM berat di bawah rezim komunis mereka.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Gagasan komunisme pada dasarnya bermula dari semangat untuk mengurangi ketidaksetaraan ekonomi dan sosial, namun ironisnya, penerapannya seringkali menyebabkan lebih banyak masalah daripada solusi.Â
Salah satu masalah utama adalah terkait dengan pengambilan alih kekayaan dan alat produksi oleh negara atau pemerintah, yang sering kali mengakibatkan penurunan efisiensi dan inovasi.
Misalnya, dalam Uni Soviet, sistem ekonomi terencana yang dijalankan oleh pemerintah menyebabkan pembengkakan birokrasi dan ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap dinamika pasar global.Â
Hal ini menghambat pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi pada keruntuhan negara tersebut.
Di Tiongkok, kebijakan ekonomi terpusat Mao Zedong yang mengarah pada kolektivisasi pertanian dan pembatasan kebebasan ekonomi individu menyebabkan kelaparan massal dan kerugian ekonomi yang besar.Â
Walaupun kemudian pemerintah Tiongkok mulai mengadopsi kebijakan ekonomi pasar yang lebih terbuka di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, tetapi dampak dari masa lalu komunis tersebut masih dirasakan hingga saat ini.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Selain masalah ekonomi, penerapan komunisme juga seringkali mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia yang serius.Â