Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pengakuan Vs Kebahagiaan: Menemukan Keseimbangan yang Sejati dalam Hidup

25 Januari 2024   06:00 Diperbarui: 28 Januari 2024   11:20 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengakuan dari orang lain seringkali dianggap sebagai sebuah pencapaian tertinggi dan penentu keberhasilan dalam hidup. 

Namun, seiring dengan pertumbuhan kita sebagai individu, apakah benar pengakuan tersebut menjadi ukuran sejati kebahagiaan? 

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang bagaimana kebahagiaan sejati sebenarnya berasal dari dalam diri kita dan bagaimana terjebak dalam obsesi pengakuan orang lain dapat menghambat perjalanan menuju kebahagiaan yang sesungguhnya.

Mengapa Orang Begitu Menginginkan Pengakuan?

Pengakuan dari orang lain seringkali dianggap sebagai bentuk validasi atas keberhasilan, kegagalan, atau pencapaian seseorang dalam hidup. 

Kita sering melihat orang berjuang mati-matian untuk mendapatkannya, mungkin dengan cara nongkrong di tempat-tempat populer, memamerkan kekayaan di media sosial, atau bahkan hanya dengan keinginan untuk dianggap 'cool'. 

Namun, apakah ini benar-benar membawa kebahagiaan?

Sebagai manusia, kita cenderung mencari persetujuan dari orang lain karena secara alami kita adalah makhluk sosial. 

Dari kecil, kita diajarkan untuk bersaing dan mendapatkan penghargaan dari orang tua, guru, dan teman-teman. 

Namun, seiring kita tumbuh, kita perlu menyadari bahwa mencari pengakuan tanpa henti mungkin membawa dampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional kita.

Dilema Pengakuan dan Kebahagiaan

Mendapat pengakuan bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi masalahnya muncul ketika kita mulai terlalu tergantung pada pendapat orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun