Di dalam lorong-lorong hatimu yang gelap,
Anakku yang marah, kilatan api menyala,
Seperti badai yang membentur karang,
Kau menderu, meronta dalam kemarahan.
Dalam matamu yang penuh gejolak,
Ada lautan kemarahan yang tak terduga,
Seperti api yang berkobar di dalam kalbu,
Kau mencari jawaban dalam kepiluan.
Orang tua, pelabuhan cinta dan kasih sayang,
Dipenuhi dengan ombak kemarahanmu,
Namun, di balik itu, ada lautan penyesalan,
Yang mengalir di dalam darahmu yang muda.
Oh anakku, yang menentang seperti badai,
Tahukah kau, cinta tersembunyi di balik awan?
Seperti bunga yang tumbuh di reruntuhan,
Cinta orang tua, takkan luntur oleh badai.
Biarlah puisi ini menjadi alunan peluk,
Dalam senja hatimu yang belum terpecahkan,
Kau adalah kelopak bunga yang masih mekar,
Meski kadang marah, kau tetaplah cahaya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H