Mereka tidak hanya berfokus pada angka-angka, tetapi juga mempertimbangkan dampak investasi mereka pada lingkungan, masyarakat, dan tata kelola perusahaan (ESG).Â
Filantropi adalah nilai utama dalam budaya Yahudi, dan banyak investor Yahudi menganggap memberi sebagai bagian penting dari pertumbuhan kekayaan.
Investor Yahudi tidak hanya memikirkan keuntungan finansial, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari investasi mereka.Â
Pendekatan ini semakin relevan dalam era modern, di mana semakin banyak investor yang mengintegrasikan pertimbangan ESG dalam keputusan investasi mereka.
Dalam dunia bisnis yang terus berkembang, memasukkan pertimbangan etika dapat menciptakan bisnis yang lebih berkelanjutan dan dapat diandalkan dalam jangka panjang.Â
Prinsip ini menjadi cerminan dari keyakinan bahwa kekayaan sejati bukan hanya tentang akumulasi materi, tetapi juga tentang kontribusi positif pada masyarakat dan lingkungan.
4. Istirahat untuk Kembali Lebih Kuat
Konsep istirahat untuk bangkit menjadi prinsip keempat dalam strategi investasi orang Yahudi.Â
Meskipun terdengar kontrast dengan budaya kesibukan saat ini, memberikan waktu istirahat dalam rutinitas investasi dapat membawa manfaat besar.Â
Beberapa investor sukses, seperti George Soros, menghabiskan waktu untuk merenung dan memikirkan strategi mereka.
Istirahat memberikan kesempatan untuk mengevaluasi keputusan, memikirkan kembali strategi investasi, dan kembali dengan pikiran yang lebih segar.Â
Ini sejalan dengan konsep bahwa terkadang tindakan terbaik adalah tidak berbuat apa-apa.Â