Berani Nabung atau Hidup YOLO? Strategi Keuangan untuk Gen Z Menghadapi Tantangan Finansial

Banyak yang lebih memilih untuk mengorbankan dana darurat atau bahkan menggunakan layanan pinjaman online (pinjol) untuk bisa ikut konser tersebut. 

Hal ini menjadi permasalahan, karena keputusan semacam itu dapat berisiko jangka panjang dan menciptakan ketergantungan pada utang.

2. Menyalahkan Faktor Eksternal: Teori "Blaming"

Sebagian besar dari kita pernah atau bahkan sering mendengar atau merasakan sendiri alasan-alasan untuk tidak menabung, seperti biaya hidup yang tinggi, adanya konser artis favorit, atau godaan pembelian dalam permainan online (in-game). 

Ini merupakan contoh nyata dari teori "blaming," di mana seseorang cenderung menyalahkan faktor-faktor eksternal sebagai pembenaran untuk tidak menabung.

Walaupun faktor eksternal memang bisa berpengaruh pada kondisi finansial seseorang, tetapi penting untuk diakui bahwa banyak keputusan pembelian dapat diendalikan dan ditunda. 

Menyalahkan faktor eksternal hanya menjadi bentuk pembenaran untuk tidak memiliki disiplin finansial yang baik.

ilustrasi gaya hidup mewah. sumber: freepik

3. Standar Sosial dan Gaya Hidup

Fenomena ini terkait erat dengan tekanan sosial dan gaya hidup yang sedang tren. 

Banyak orang tergoda untuk menghabiskan lebih dari yang mereka mampu, demi terlihat keren atau mengikuti standar tertentu yang berlaku di lingkungan sosial atau media sosial mereka.

Gaya hidup ini seringkali menciptakan kebutuhan untuk selalu terlihat update dan berpartisipasi dalam tren terkini. 

Mungkin seseorang akan mengeluarkan uang lebih hanya untuk memiliki pakaian atau gadget terbaru agar bisa bersaing dengan teman-teman mereka di dunia maya.