Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Slow Living: Kunci Sukses dan Ketenangan Batin bagi Gen Z

9 November 2023   18:00 Diperbarui: 14 November 2023   08:05 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gen z. sumber: freepik

Generasi Z atau yang biasa disingkat Gen Z adalah generasi yang hidup di era di mana segalanya tampaknya bisa didapatkan dengan cepat, hanya dengan sentuhan jempol kita. 

Kami ingin pencapaian karir yang kilat, menikah muda, menyelesaikan pendidikan dengan cepat, dan memenuhi berbagai tuntutan lainnya. 

Namun, apakah kita terlalu tidak sabar? 

Artikel ini akan membahas fenomena "tidak sabaran" atau keinginan untuk segalanya instan yang sering ditemui di kalangan generasi zaman sekarang.

Keinginan akan Kepuasan Instan

Banyak yang berpendapat bahwa generasi Z memiliki karakteristik tidak sabaran yang signifikan. 

Teknologi dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan kita membuat kita terbiasa dengan segalanya instan. 

Contohnya, jika kita kehabisan susu di rumah, kita bisa memesan melalui aplikasi dan mendapatkannya dengan cepat. Bahkan informasi gosip terbaru pun tersedia hanya dengan sekali sentuhan di layar ponsel. 

Hal ini bisa sangat memudahkan hidup kita, tetapi juga menimbulkan tantangan tersendiri.

Kita juga hidup di era konsumerisme yang semakin meningkat. Keinginan untuk memiliki barang-barang baru sering membuat kita lebih boros. 

Selain itu, ada tekanan dari generasi sebelum kita, terutama dari orang tua, untuk mencapai berbagai hal, seperti menyelesaikan pendidikan, memiliki rumah, atau menikah. Namun, kenaikan harga-harga membuat pencapaian ini semakin sulit.

Banyak di antara kita merasa lebih stres dan cemas daripada generasi sebelumnya. 

Tekanan untuk mencapai semua hal dengan cepat dan tuntutan untuk tampil sempurna di media sosial dapat membuat kita merasa tegang.

Kebijakan Slow Living

Namun, kita juga harus melihat sisi positif dari sifat tidak sabaran kita. 

Generasi Z memiliki kecenderungan untuk menyelesaikan masalah dengan cepat dan efisien. 

Kami memiliki akses mudah ke informasi dan sumber daya yang membuat kita lebih mandiri. Teknologi telah mempermudah hidup kita dalam banyak hal.

Namun, perlu diingat bahwa kebutuhan akan kecepatan juga memiliki konsekuensi. Kadang-kadang kita harus membayar lebih mahal atau menghadapi stres akibat keinginan instan kita.

Oleh karena itu, penting untuk mencari keseimbangan antara keinginan cepat dan ketenangan batin.

ilustrasi tidak sabaran. sumber: freepik
ilustrasi tidak sabaran. sumber: freepik

Mengatasi Tantangan "Tidak Sabaran"

Beberapa solusi untuk mengatasi sifat tidak sabaran ini adalah dengan menerapkan slow living, minimalisme, dan self control. 

Slow living mengajarkan kita untuk hidup dengan lebih santai, minimalisme membantu kita mengurangi keinginan yang berlebihan, dan self-control membantu kita menunda gratifikasi instan.

Kita dapat mempraktekkan slow living dengan mengambil waktu untuk menikmati momen-momen kecil dalam hidup, seperti berkumpul dengan teman-teman atau keluarga tanpa terganggu oleh gadget. 

Minimalisme mengajarkan kita untuk fokus pada barang-barang yang benar-benar penting dan menghindari pemborosan. Self-control membantu kita menahan diri dari tindakan impulsif dan mengambil keputusan yang lebih bijaksana.

Selain itu, kita juga dapat belajar dari filosofi hidup yang ada di Indonesia, seperti filosofi orang Jawa yang menekankan kehidupan sederhana dan kebijakan hidup lambat. 

Ini bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk menemukan kebahagiaan dalam hal-hal yang lebih sederhana.

Keseimbangan Antara Kecepatan dan Ketenangan Batin

Kesimpulannya, generasi Z adalah generasi yang terbiasa dengan kebutuhan instan, tetapi kita juga memiliki potensi untuk menemukan keseimbangan antara kecepatan dan ketenangan batin. 

Dengan menerapkan prinsip-prinsip seperti slow living, minimalisme, dan self control, kita dapat menghadapi tantangan zaman sekarang dengan lebih bijaksana.

ilustrasi yoga. sumber: freepik
ilustrasi yoga. sumber: freepik

Slow Living

Slow living adalah konsep yang mengajarkan kita untuk melambat dan menikmati setiap momen dalam hidup kita. 

Ini bukan berarti kita harus melambat dalam semua aspek kehidupan kita, tetapi lebih tentang bagaimana kita mendekati hal-hal sehari-hari dengan lebih sadar. 

Beberapa langkah yang dapat kita ambil untuk menerapkan slow-living termasuk:

  • Mengurangi Multitasking: Coba fokus pada satu tugas pada satu waktu, daripada mencoba melakukan beberapa hal sekaligus. Ini akan membantu kita lebih menikmati setiap tugas dan melakukan pekerjaan dengan lebih baik.

  • Menghabiskan Waktu di Alam: Terhubung dengan alam dapat membantu kita merasa lebih tenang dan terhubung dengan diri kita sendiri. Cobalah untuk menghabiskan waktu di alam setiap minggu, seperti berjalan-jalan di taman atau mendaki gunung.

  • Menyantap Makanan dengan Lambat: Alihkan perhatian dari layar ponsel saat makan dan nikmati hidangan dengan lambat. Ini akan membantu kita menghargai makanan dan mengurangi kebiasaan makan terburu-buru.

  • Meditasi dan Yoga: Latihan meditasi dan yoga dapat membantu kita menenangkan pikiran dan meningkatkan kesadaran diri. Menciptakan rutinitas meditasi harian dapat menjadi cara yang baik untuk mempraktekkan slow-living.

Minimalisme

Minimalisme adalah pendekatan terhadap kehidupan yang menekankan pada memiliki barang-barang yang benar-benar kita butuhkan dan menghindari barang yang berlebihan. 

Berikut beberapa langkah untuk menerapkan minimalisme dalam hidup kita:

  • Bersihkan Ruangan: Mulailah dengan membersihkan ruangan Anda dari barang-barang yang tidak lagi Anda gunakan atau Anda butuhkan. Ini akan membantu Anda merasa lebih terorganisir dan memiliki ruang yang lebih bersih.

  • Beli Barang yang Berkualitas: Alihkan fokus dari membeli banyak barang murah menjadi membeli barang-barang yang berkualitas dan tahan lama. Ini akan membantu Anda mengurangi pemborosan dan memiliki barang yang lebih baik.

  • Selalu Bertanya "Apakah Saya Benar-Benar Membutuhkan Ini?": Sebelum membeli sesuatu, pertimbangkan apakah Anda benar-benar membutuhkannya atau apakah itu hanya akan menjadi barang yang mengisi ruang.

  • Kurangi Kegiatan yang Tidak Penting: Selain mengurangi barang-barang fisik, coba juga mengurangi kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah pada hidup Anda. Fokus pada kegiatan yang benar-benar Anda nikmati dan yang sesuai dengan nilai Anda.

Self Control

Self control adalah kemampuan untuk menunda gratifikasi instan demi kepuasan yang lebih besar di masa depan. 

Berikut beberapa langkah untuk meningkatkan self-control:

  • Buat Rencana: Sebelum mengambil keputusan, buat rencana yang jelas tentang apa yang ingin Anda capai. Ini akan membantu Anda lebih fokus pada tujuan jangka panjang daripada kepuasan instan.

  • Pantau Perilaku Anda: Selalu sadar akan perilaku Anda dan berapa kali Anda tergoda untuk melakukan sesuatu secara impulsif. Hal ini dapat membantu Anda mengidentifikasi area di mana Anda perlu meningkatkan self-control.

  • Berlatih Menunda: Cobalah untuk menunda tindakan impulsif selama beberapa menit atau bahkan beberapa jam sebelum mengambil keputusan. Ini akan memberi Anda waktu untuk mempertimbangkan tindakan Anda dengan lebih bijaksana.

Belajar dari Filosofi Hidup Indonesia

Selain menerapkan slow living, minimalisme, dan self control, kita juga dapat belajar dari filosofi hidup yang ada di Indonesia. 

Salah satu filosofi yang bisa menjadi inspirasi adalah filosofi orang Jawa yang menekankan kehidupan sederhana. 

Mereka mengajarkan kita untuk hidup dengan lebih sadar, menghargai kehidupan yang sederhana, dan tidak terlalu terpengaruh oleh materi.

Indonesia adalah negara yang luas dengan beragam budaya dan tradisi. Kita dapat belajar banyak dari kebijakan hidup yang ada di berbagai daerah. 

Misalnya, di Jawa Tengah dan Jawa Timur, kehidupan cenderung lebih lambat dibandingkan dengan daerah perkotaan. 

Masyarakat di sana lebih terhubung dengan alam dan lebih menghargai kehidupan yang sederhana.

Kesimpulan

Generasi Z menghadapi tantangan yang unik dalam dunia yang terus berubah dengan cepat. 

Kita sering terjebak dalam kebutuhan akan kepuasan instan, tetapi juga memiliki potensi untuk menemukan keseimbangan antara kecepatan dan ketenangan batin. 

Dengan menerapkan prinsip-prinsip slow-living, minimalisme, dan self-control, kita dapat mengatasi tantangan "tidak sabaran" dan mencapai kehidupan yang lebih bermakna. 

Semoga kita semua dapat menjadi generasi yang sukses, bahagia, dan bijaksana di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun