Â
Industri mode cepat, atau fast fashion, telah melalui pertumbuhan pesat selama beberapa dekade terakhir.Â
Bank Dunia menempatkan industri fashion sebagai sektor manufaktur terbesar ketiga di dunia setelah mobil dan teknologi pada tahun 2021.Â
Dalam tahun yang sama, valuasi pasar fast fashion mencapai angka fantastis sebesar 30,58 miliar USD.Â
Bahkan lebih mengejutkan adalah proyeksi yang menunjukkan bahwa pada tahun 2025, nilai pasar ini diperkirakan akan mencapai 39,84 miliar USD.Â
Namun, di balik kilauan gemerlap industri ini, terdapat fakta-fakta yang sangat mengkhawatirkan.
Lonjakan Produksi Pakaian yang Mendunia
Pertumbuhan industri fast fashion tercermin dalam lonjakan produksi pakaian. Produksi pakaian meningkat hampir dua kali lipat antara tahun 2000 dan 2014, dengan peningkatan sekitar 60% setiap tahun.Â
Pada tahun 2015, angka penjualan mencapai 56 juta ton pakaian. Proyeksi juga mencengangkan dengan memperkirakan bahwa pada tahun 2030 dan 2050, angka tersebut dapat melonjak menjadi 93 hingga 160 juta ton.Â
Namun, yang perlu dicatat adalah bahwa pakaian saat ini memiliki umur pakai yang lebih singkat, yakni sekitar 36% lebih pendek dibandingkan dengan 15 tahun yang lalu.Â
Akibatnya, pertanyaan yang muncul adalah, ketika pakaian tersebut tidak lagi terpakai, kemana mereka pergi?
Krisis Dalam Pengelolaan Limbah
Saat pakaian sudah tidak terpakai, banyak di antaranya dikirim ke negara-negara berkembang atau akhirnya berakhir di tempat pembuangan sampah.Â