Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Cukai Rokok Naik 10%, Tapi Kenapa Penerimaan Negara Anjlok?

8 September 2023   18:00 Diperbarui: 8 September 2023   18:02 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi memegang erat rokok. sumber: freepik

Kalau bicara soal rokok, Indonesia memang jadi salah satu surganya para perokok. 

Mulai dari rokok biasa hingga cerutu mewah, semuanya ada dan bisa kamu dapatkan dengan mudah. 

Tapi, sejak awal 2023, cerita soal rokok di Indonesia mendapat babak baru. 

Pemerintah memutuskan untuk menerapkan kebijakan kenaikan cukai hasil tembakau sebesar 10%. 

Tapi tunggu dulu, apa yang sebenarnya terjadi setelah kebijakan ini diberlakukan?

Rokok, Penerimaan Negara, dan Akses Mudah

Mari kita mulai dengan fakta sederhana. Rokok adalah salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan. 

Pemerintah Indonesia mengandalkan cukai dari tembakau untuk menambah kas negara.

 Tapi, di saat yang bersamaan, aksesibilitas produk tembakau di Indonesia sungguh luar biasa. 

Di mana-mana ada, dari pojok warung kecil hingga rak supermarket besar.

 Ini artinya, meskipun harga tembakau naik gara-gara kenaikan cukai, produk ini tetap mudah dijangkau oleh masyarakat.

Industri Rokok: Melawan Arus Dampak Global

Industri rokok global sedang mengalami badai besar. Alasan utamanya? Kesadaran akan bahaya merokok semakin meningkat, dan pemerintah di berbagai negara mulai mengambil tindakan. 

Inilah saatnya bagi perusahaan rokok besar untuk berpikir keras. Mereka perlu tetap eksis di tengah perubahan tren konsumen dan regulasi yang semakin ketat.

Salah satu pemain terbesar di industri rokok global, Philip Morris International, tidak hanya memproduksi rokok terkenal seperti Marlboro. 

Mereka juga aktif dalam upaya membuat rokok bebas asap. Mereka menciptakan sistem IQOS yang bekerja dengan cara memanaskan tembakau daripada membakarnya. 

Mereka bahkan berani menyerukan pelarangan total produk tembakau pada 2030 mendatang. Dengan 150 juta konsumen di seluruh dunia dan kapitalisasi pasar mencapai 157,79 miliar dolar, Philip Morris jelas memiliki ambisi besar.

Namun, bukan hanya Philip Morris yang mencoba beradaptasi. Altria Group, yang menghasilkan produk rokok terkenal seperti Marlboro, juga masuk ke pasar rokok elektrik dengan produk bernama Chou. 

Mereka juga berusaha keras untuk memposisikan diri sebagai perusahaan yang peduli terhadap kesehatan dengan kampanye "moving beyond smoking." Altria Group baru-baru ini dinobatkan sebagai raksasa dividen tertinggi oleh saluran ETF.

Raksasa Tembakau Dunia dan Perannya di Indonesia

Indonesia bukan hanya surga para perokok, tapi juga tempat tinggal bagi beberapa raksasa tembakau dunia. Mari kita kenali beberapa di antaranya:

1. Philip Morris International

Perusahaan yang telah berdiri sejak 1837 ini bukan hanya pemain besar dalam industri tembakau, tapi juga pelopor dalam upaya membuat rokok bebas asap. 

Mereka menghasilkan sistem IQOS yang memanaskan tembakau, mengklaimnya sebagai alternatif yang lebih aman. Philip Morris berkomitmen untuk menghapus produk tembakau pada tahun 2030 mendatang.

2. Altria Group

Produsen Marlboro juga berusaha untuk "berpindah dari merokok" dengan produk rokok elektriknya, Chou. Diversifikasi ini menjadi strategi penting bagi Altria Group untuk tetap menjadi pemain utama di industri tembakau.

3. British American Tobacco (BAT)

BAT adalah perusahaan patungan antara Imperial Tobacco Company dan American Tobacco Company yang didirikan pada tahun 1902. 

Mereka menghasilkan produk rokok terkenal seperti Dunhill dan Lucky Strike, serta produk uap seperti Fuse dan five. BAT juga aktif dalam upaya untuk mengurangi dampak merokok.

4. Japan Tobacco

Jepang adalah salah satu pemasok produk rokok terkenal seperti Winston, Camel, dan Pingsan ke berbagai negara. Japan Tobacco juga memiliki komitmen kuat untuk konservasi lingkungan dengan rencana mengurangi emisi gas rumah kaca.

5. ITC LTD

Sebagai anak perusahaan dari Imperial Tobacco PLC, ITC LTD memiliki portofolio yang sangat terdiversifikasi, mencakup produk rokok, alat tulis, jaringan hotel, dan usaha pertanian. 

ITC LTD telah berkembang menjadi salah satu konglomerat terkemuka.

Dampak Kenaikan Cukai Tembakau: Lebih dari Sekadar Angka

Kenaikan cukai tembakau sebesar 10% yang diterapkan pada awal 2023 di Indonesia memang menciptakan dampak signifikan pada penerimaan negara. 

Hingga akhir Juli 2023, terjadi penurunan sebesar 8,93% pada penerimaan negara dari sektor tembakau. 

Namun, apa yang sebenarnya terjadi di balik angka-angka ini?

Aksesibilitas Produk Tembakau

Salah satu alasan utama mengapa tembakau tetap diminati di Indonesia adalah aksesibilitasnya yang tinggi. 

Produk tembakau bisa dengan mudah ditemukan di berbagai tempat, mulai dari warung kecil hingga supermarket besar. 

Sehingga meskipun harga tembakau naik akibat kenaikan cukai, produk ini tetap mudah dijangkau oleh masyarakat.

Diversifikasi Produk oleh Perusahaan Rokok

Perusahaan-perusahaan rokok besar tidak tinggal diam menghadapi perubahan tren konsumen dan regulasi. 

Mereka berusaha untuk tetap relevan dengan diversifikasi produk.

 Misalnya, mereka telah memasuki pasar rokok elektrik dan produk nikotin oral sebagai alternatif yang dianggap lebih aman daripada rokok konvensional. 

Upaya diversifikasi ini telah membantu beberapa perusahaan rokok secara finansial.

Dampak Global Terhadap Industri Tembakau

Industri tembakau tidak hanya bergantung pada pasar dalam negeri.

Ada juga faktor-faktor global yang dapat mempengaruhi perusahaan tembakau. 

Salah satu contohnya adalah perubahan regulasi di berbagai negara terkait iklan dan promosi produk tembakau. 

Di Amerika Serikat, anggaran iklan dan promosi dari perusahaan rokok paling berharga bisa melebihi $8 miliar, dan ini adalah bagian penting dari strategi pemasaran mereka. 

Namun, meningkatnya kecemasan terhadap bahaya rokok telah membuat banyak negara mengeluarkan regulasi yang lebih ketat terkait iklan dan promosi tembakau. 

Hal ini memaksa perusahaan rokok untuk berpikir kreatif dalam mencapai konsumen mereka.

Industri tembakau adalah salah satu sektor penting dalam ekonomi global dan Indonesia. 

Kebijakan kenaikan cukai tembakau sebesar 10% di Indonesia adalah langkah yang diambil oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat sambil mencari pendapatan tambahan. 

Namun, dampaknya pada penerimaan negara belum terbukti efektif hingga saat ini, dan perlu dipertimbangkan lebih lanjut dalam konteks industri tembakau yang kompleks dan berubah-ubah.

Mengingat kepentingan ekonomi dan sosial yang terkait dengan industri tembakau, perubahan dalam regulasi dan kebijakan harus disertai dengan evaluasi menyeluruh terhadap dampaknya. 

Kebijakan yang efektif harus mengambil keseimbangan antara melindungi kesehatan masyarakat dan mempertahankan pendapatan negara serta lapangan kerja dalam industri tembakau. 

Selain itu, perusahaan tembakau juga harus terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan tren konsumen dan regulasi global agar tetap relevan dalam era yang terus berubah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun