Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Apakah BI Checking Diperlukan dalam Seleksi Penerimaan Karyawan?

1 September 2023   18:00 Diperbarui: 3 September 2023   06:41 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif, banyak lulusan baru (fresh graduate) dihadapkan pada tantangan yang serius dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan keterampilan mereka. 

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul sebuah fenomena kontroversial yang mengemuka dalam dunia rekrutmen: 

penggunaan BI checking atau pengecekan riwayat kredit sebagai salah satu persyaratan dalam seleksi karyawan. 

Pertanyaan yang muncul adalah apakah praktik ini sesuai dan bermanfaat dalam konteks rekrutmen ataukah justru menjadi momok bagi pelamar yang belum memiliki pengalaman kerja.

Pengertian dan Dasar Penggunaan BI Checking

BI checking, atau lebih tepatnya "credit scoring", adalah proses pengecekan riwayat kredit seseorang. 

Proses ini biasanya digunakan oleh lembaga keuangan, seperti bank, untuk menilai kelayakan seseorang dalam mendapatkan pinjaman atau kredit. 

Dalam konteks rekrutmen, beberapa perusahaan menggunakannya sebagai indikator tambahan dalam mengevaluasi calon karyawan.

Proses BI checking melibatkan pengumpulan dan analisis informasi terkait riwayat kredit seseorang, termasuk riwayat pembayaran pinjaman, jumlah utang, dan skor kredit. 

Meskipun memiliki tujuan awal yang baik, yaitu meminimalkan risiko finansial bagi perusahaan, penggunaan BI checking dalam rekrutmen juga memunculkan beberapa perdebatan yang penting.

Pendapat Pro: Argumentasi dan Alasan Penggunaan BI Checking

Pihak yang mendukung penggunaan BI checking dalam proses rekrutmen memiliki beberapa alasan yang mendasarinya:

1. Pencegahan Terhadap Risiko Keuangan

Salah satu argumen kuat adalah perlunya perlindungan terhadap risiko keuangan bagi perusahaan. 

Penggunaan BI checking dapat membantu perusahaan menghindari kemungkinan calon karyawan yang memiliki masalah finansial serius, yang mungkin berdampak negatif pada kinerja mereka di tempat kerja.

2. Pemahaman Terhadap Disiplin Keuangan

Dunia kerja menuntut kedisiplinan yang tinggi dalam mengelola tugas dan tanggung jawab. 

Beberapa pihak berpendapat bahwa riwayat kredit dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana seseorang memiliki disiplin dalam mengelola keuangan pribadi, yang dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menjalankan tugas pekerjaan dengan baik.

Pendapat Kontra: Keraguan akan Validitas dan Implikasi

Di sisi lain, ada banyak pendapat yang menolak penggunaan BI checking dalam rekrutmen, dengan alasan-alasan sebagai berikut:

1. Privasi Calon Karyawan

Salah satu masalah utama dalam penggunaan BI checking adalah pelanggaran privasi. 

Riwayat kredit adalah informasi pribadi yang seharusnya tidak menjadi pertimbangan dalam penilaian kompetensi kerja seseorang.

2. Diskriminasi dan Peluang Setara

Penggunaan BI checking berpotensi mendiskriminasi calon karyawan yang mungkin mengalami kesulitan keuangan karena alasan eksternal seperti pandemi atau peristiwa tak terduga lainnya. 

Ini berpotensi mengurangi peluang bagi lulusan baru yang memiliki potensi besar tetapi terhalang oleh situasi finansial yang sulit.

3. Fokus pada Kompetensi

Seharusnya, proses rekrutmen lebih dititikberatkan pada penilaian kompetensi, keterampilan, dan pengalaman calon karyawan. Riwayat kredit tidak memberikan gambaran lengkap tentang kemampuan kerja seseorang.

Implikasi Lebih Dalam: Perspektif Hukum dan Etika

Meskipun belum ada aturan resmi yang mengatur penggunaan BI checking dalam proses rekrutmen di banyak negara, beberapa pihak berpendapat bahwa praktik ini memiliki implikasi hukum dan etika yang serius. 

Terdapat potensi bahwa perusahaan yang menggunakan BI checking sebagai faktor penentu dalam rekrutmen bisa terkena tuntutan hukum karena pelanggaran privasi atau diskriminasi. Sebagai solusi, perusahaan dapat mencari alternatif yang lebih seimbang dalam proses rekrutmen. 

Tes keterampilan, wawancara, dan referensi dari pengalaman kerja sebelumnya adalah beberapa metode yang lebih obyektif dan relevan dalam menilai potensi calon karyawan. 

Hal ini juga akan membantu menciptakan lingkungan rekrutmen yang lebih adil dan transparan.

Harmonisasi dan Solusi: Mencari Keseimbangan yang Baik

Dalam menghadapi tantangan rekrutmen yang semakin kompleks, penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan mereka. 

Penggunaan BI checking harus sejalan dengan prinsip-prinsip privasi dan non-diskriminasi. 

Meskipun ada argumen yang mendukung penggunaannya, perusahaan perlu mengambil tindakan hati-hati untuk menghindari masalah hukum dan etika yang mungkin muncul.

Bagi para pelamar, penting untuk mengenali hak-hak mereka dan mempertimbangkan implikasi dari informasi pribadi yang mungkin diungkapkan dalam proses rekrutmen. 

Sikap kritis terhadap praktik BI checking adalah langkah penting dalam mendukung penggunaan metode yang lebih adil dan objektif dalam proses seleksi karyawan.

Dalam akhirnya, rekrutmen yang berkualitas haruslah lebih berfokus pada kompetensi, kemampuan, dan potensi calon karyawan daripada faktor-faktor pribadi seperti riwayat kredit.

Dengan cara ini, perusahaan dapat membangun tim yang beragam dan berkompetensi untuk menghadapi tantangan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun