Dalam urusan pinjaman, terdapat beberapa opsi yang tersedia, seperti pinjaman online (PINJOL), layanan paylater, dan penggunaan kartu kredit.Â
Data menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang terjebak dalam hutang, baik itu melalui utang yang legal maupun utang yang tidak diawasi oleh negara.Â
Tingginya suku bunga pada utang tersebut membuat banyak individu terperangkap dalam lubang hutang yang sulit untuk dikelola.
Namun, utang bukan hanya menjadi masalah masyarakat miskin.Â
Data laporan keuangan para menteri di Indonesia pada tahun 2019 menunjukkan bahwa bahkan para menteri juga memiliki utang yang besar.Â
Sehingga, dapat dikatakan bahwa semua orang, baik masyarakat biasa maupun masyarakat kelas atas, dapat terjebak dalam hutang.Â
Namun, apa yang membedakan hutang orang kaya dan hutang orang miskin? Mengapa orang miskin sering kali kesulitan membayar utang sehingga mereka dikejar-kejar oleh debt collector dan terpaksa menjual aset yang mereka miliki?
Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang utang, serta faktor psikologis yang mempengaruhi cara kita mengelola utang. Kita juga akan melihat bagaimana orang kaya dapat memanfaatkan utang tanpa terganggu, meskipun jumlah utang mereka mencapai ratusan miliar atau bahkan triliunan rupiah.
Penting untuk memahami bahwa utang merupakan sebuah kewajiban untuk mengembalikan uang atau barang yang telah dipinjam dari orang lain, dengan waktu dan persyaratan yang telah disepakati antara peminjam dan pemberi pinjaman.Â
Biasanya, utang juga dikenakan bunga sebagai kompensasi atas peminjaman tersebut. Istilah "utang" sering kali digunakan secara bergantian dengan istilah "kredit" atau "pinjaman".
Pinjaman online (PINJOL), paylater, dan kartu kredit menjadi populer di kalangan masyarakat Indonesia.Â
Data menunjukkan bahwa jumlah uang yang disalurkan melalui PINJOL mencapai 45,72 triliun rupiah, sementara jumlah kartu kredit yang beredar mencapai 17,5 juta di Indonesia.Â
Meskipun angka tersebut masih relatif kecil dalam rasio penduduk, jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, penggunaan kartu kredit di Indonesia masih berkembang pesat.
Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan utang konsumtif perlu dikelola dengan bijak.Â
Orang miskin cenderung menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan konsumtif.Â
Sementara orang kaya yang memiliki pemahaman tentang utang yang baik, menggunakan utang untuk keperluan produktif yang dapat meningkatkan pendapatan mereka di masa depan.
Ada beberapa masalah yang dapat muncul ketika seseorang yang tidak paham tentang utang, terutama mereka yang berpenghasilan rendah, menggunakan pinjaman online (PINJOL) atau kartu kredit.Â
Kurangnya Literasi Keuangan
Pertama, risiko keuangan menjadi tidak sehat ketika seseorang yang tidak paham tentang utang, terutama mereka yang berpenghasilan rendah, menggunakan pinjaman online (PINJOL) atau kartu kredit.Â
Tanpa pemahaman yang memadai tentang pengelolaan utang, mereka rentan terjebak dalam siklus utang yang tidak terkendali. Bunga yang tinggi pada PINJOL atau kartu kredit dapat membuat utang semakin membesar dan sulit untuk dilunasi.
Utang Konsumtif dan Produktif
Kedua, perbedaan antara utang konsumtif dan produktif juga penting untuk dipahami.Â
Utang konsumtif terjadi ketika seseorang menggunakan pinjaman untuk membeli barang-barang konsumsi yang tidak memberikan nilai tambah atau menghasilkan pendapatan di masa depan.Â
Contoh utang konsumtif adalah membeli barang-barang mewah, ikut ticket war Coldplay atau liburan mewah yang melebihi kemampuan keuangan seseorang.Â
Sementara itu, utang produktif terjadi ketika seseorang menggunakan pinjaman untuk investasi atau pengembangan usaha yang dapat menghasilkan pendapatan di masa depan.Â
Contoh utang produktif adalah meminjam untuk modal usaha atau pendidikan yang dapat meningkatkan keterampilan dan peluang kerja.
Mengatur Keuangan Dengan Bijak
Ketiga, penting untuk mengembangkan kebiasaan mengelola keuangan yang baik. Hal ini mencakup pembuatan anggaran, pengaturan prioritas pengeluaran, dan menabung secara teratur.Â
Dengan memiliki pemahaman yang baik tentang pendapatan dan pengeluaran, seseorang dapat menghindari hutang yang tidak perlu dan mengatur penggunaan utang dengan bijak.Â
Menggunakan pinjaman atau kartu kredit haruslah dilakukan dengan pertimbangan matang terhadap kemampuan membayar dan dampak jangka panjangnya.
Komunikasi/Negosiasi
Keempat, komunikasi dengan pemberi pinjaman sangat penting. Jika seseorang mengalami kesulitan dalam membayar utang, sebaiknya segera berkomunikasi dengan pemberi pinjaman untuk mencari solusi yang dapat mengurangi beban finansial.Â
Pemberi pinjaman biasanya lebih bersedia untuk bernegosiasi dan menawarkan opsi pembayaran yang lebih fleksibel jika seseorang menghadapi kesulitan finansial yang tidak terduga.
Disiplin dan Bertanggung Jawab
Terakhir, penting untuk menyadari bahwa pengelolaan utang membutuhkan disiplin dan tanggung jawab. Utang yang tidak dikelola dengan baik dapat memberikan tekanan finansial yang besar dan berdampak negatif pada kesejahteraan seseorang.Â
Oleh karena itu, penting untuk belajar tentang pengelolaan utang, mencari bimbingan keuangan jika diperlukan, dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghindari terjebak dalam lingkaran utang yang tidak sehat.
Dalam kesimpulannya, pengelolaan utang yang bijak sangat penting dalam menjaga kestabilan keuangan individu. Pinjaman online (PINJOL), paylater, dan penggunaan kartu kredit dapat memberikan manfaat jika digunakan dengan bijak dan dipahami dengan baik.Â
Namun, penting untuk menghindari penyalahgunaan utang dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengelola utang dengan baik.Â
Dengan pemahaman yang baik tentang risiko dan konsekuensi penggunaan utang, seseorang dapat mengambil keputusan keuangan yang lebih bijaksana dan mencapai kesehatan finansial jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H