Wabah bisa membuat "revolusi"? Apa iya? Jangan bayangkan dulu seperti revolusi ala Che Guevara, atau revolusi Iran yang merontokkan sistem lama dan membangun sistem baru. Ini wilayah revolusi politik. Tapi revolusi bisa juga menyentuh aspek non politik semisal adanya "momentum" bisa berupa "aset baru" yang terbangun atau pinjam istilah Karl Mannhem (1979) adanya "determinasi situasional" yang merekahkan warna baru, yaitu perubahan.
Kondisi Sosial Global
Beberapa pagebluk yang tercatat oleh sejarah, memiliki dampak revolusioner, seperti jatuhnya sebuah dinasti hingga meluasnya kolonialisme. Ambil contoh skala epidemi yang menghantam Eropa abad pertengahan yang dikenal dengan nama "maut hitam" (black death) yang sangat mengerikan dan menewaskan sepertiga penduduk. Wabah ini berdampak pada runtuhnya sistem feodalisme lama dimana orang dipaksa bekerja untuk membayar sewa terhadap tanah yang mereka tinggali. Hal ini mendorong Eropa Barat menuju komersialisasi dan menjadi lebih modern dengan mengembangkan sistem ekonomi berdasar uang kontan. Bahkan ada pandangan bahwa wabah ini mendorong terjadinya imperialisme yang dilakukan negara-negara Eropa.
Saat yang tak kasat Mata Meneror
Saat covid-19 mendera, kontan ada kebijakan untuk physical distancing dan juga dengan work from home (WFH). Masyarakat yang sudah biasa ngobrol di dunia maya kali saja menjadi tak kaget dengan ketetapan itu. Di negeri kita, sebelum munculnya tehnologi android lewat wujud smartphone canggih, masyarakat cukup pakai "getok tular" untuk berkomunikasi saat ada keperluan.
Tapi begitu "alat ajaib" ini ada, masyarakat cukup rebahan untuk berkomunikasi dan juga menyesap berbagai informasi tentang dunia seisinya. Mau pesan makanan, pijat atau lainnya, atau mau diskusi serius atau sekedar alay-alay cukup melototi gadget. Ketika covid-19 menjadi pandemi global, maka ramailah dunia medsos dengan berbagai opini dan wejangan. Tentu ini positif. Beragam "resep" yang diluapkan di medsos akan menjadi pemandu bagi masyarakat agar bisa menghindari virus begajul ini. Sisi lain, lewat medsos pula tersingkap solidaritas sosial untuk saling membantu. Seremoni, perayaan untuk meluapkan rasa iba, empati, bantuan bertalu-talu. Tentu ini wajah indah bagi sebuah negeri yang tengah dilanda teror non-tradisional ini.
Dunia gadget telah melahirkan revolusi. Masyarakat semakin terhubung secara dekat. Sesuai pernyataan Thomas L. Friedman (2005) dalam buku karya nya yang berjudul "World is Flat", bahwa dunia makin mendatar dan mengkerut yang tak terbayang sama sekali sebelum globalisasi yang membawa serta kecanggihan tehnologi. Ya, World Wide Web (WWW) atau kemudian disebut Web mengubah internet menjadi dunia maya ajaib.
Dan kini, begitu ada semburan covid-19, revolusi semakin nyata. Masyarakat seperti dicelikkan dengan situasi adanya "musuh bersama" yang bisa memunculkan panik dan ketakutan, namun juga kesiapsiagaan, opitimisme, solidaritas dan kohesitas sosial yang menggumpal-gumpal. Seremoni yang sepanjang ini digaungkan dan diejawantahkan dalam berbagai kegiatan entah itu kemasyarakatan atau keagamaan, sekarang harus ditunda dan dihentikan. Bahkan untuk sebuah ritual wajib keagamaan seperti shalat jumat perlu berbesar hati untuk mengikuti perintah demi menghalau covid-19. Untuk ramadan tahun ini bisa saja kebijakan untuk meliburkan shalat tarawih dan mungkin juga shalat Id serta mudik lebaran. Bisa saja haji tahun ini akan ditiadakan sementara bilamana "virus transnasional" ini masih menggila. Baru kali ini, ada "revolusi" sedemikian menyolok dan menyentuh pada wilayah yang selama ini dianggap "sakral". Saya seumur-umur baru mengalami fakta ini.
Berdasarkan data dari BNPB per Sabtu (28/3/2020) siang, jumlah pasien yang terkonfirmasi positif di Indonesia yakni sebanyak 1.155 orang. dari jumlah tersebut, sebanyak 59 orang telah dinyatakan sembuh. sedangkan jumlah pasien yang meninggal dunia karena terinfeksi Covid-19 ada sebanyak 102 pasien.
Di negeri kita, dengan kian mengganasnya covid-19, telah pula merubah kebijakan pemerintah semisal Ujian Nasional (UN) untuk SD, SMP dan SMA tidak diberlakukan. Ini berarti dipercepat yang tadinya hendak diwujudkan 2021. Apalagi buat warga Jakarta yang paling banyak terpapar corona baik pada level Orang Dalam Pemantauan (ODP) maupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP) akan mendapat perhatian khusus. Kalau warga Jakarta mudik, bisa-bisa masyarakat daerah akan tertular. Karenanya bisa jadi masyarakat daerah akan resistensi terhadap siapapun khususnya warga Jakarta yang mudik ke daerahnya.
Aspek Ketahanan Nasional
Masalah Covid-19 saat ini bukan hanya masalah dunia Internasional saja, tetapi juga sudah jadi masalah Nasional Indonesia. Masalah dan dampak Covid-19 di Indonesia, bagaimana negara Indonesia menghadapinya bisa ditinjau dari Model Ketahanan Nasional Indonesia saat ini, yaitu yang dikenal sebagai Astagatra.
Menurut model Ketahanan Nasional Indonesia, aspek kehidupan nasional dibagi dua yaitu aspek alamiah dan aspek sosial.
Aspek alamiah mencakup tiga gatra yaitu Kondisi geografis negara, Kekayaan alam, Keadaan dan kemampuan penduduk (demografi).
Oleh karena aspek alamiah tersebut mencakup tiga gatra maka disebut Trigatra.
Aspek sosial mencakup lima gatra, yaitu Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial budaya, Hankam (Pertahanan dan Keamanan).
Oleh karena aspek sosial tersebut terdiri atas lima gatra maka disebut Pancagatra. Penggabungan aspek alamiah (Trigatra) dan aspek sosial (Pancagatra) menghasilkan delapan gatra atau yang dikenal dengan istilah Astagatra (asta = delapan).
Berdasarkan hasil penelitian Lemhanas per Maret 2019, Secara keseluruhan Indeks Ketahanan Nasional Indonesia berada dalam posisi cukup tangguh yaitu diangka 2,69 artinya berbagai dinamika bisa diatasi dengan baik.
Kalau kita hanya melihat masalah Covid-19 saja maka seakan-akan masalahnya hanya masalah Virus Corona yang menyerang Kesehatan manusia. Akan tetapi karena masalah Covid- 19 ini sudah mewabah keseluruh dunia (pandemic) termasuk Indonesia maka ini sudah bukan masalah Virus Corona dan Kesehatan saja, akan tetapi sudah berkaitan dengan masalah sosial yang lebih luas dan merambat ke masalah lainnya.
Dilihat dari Astagatra, masalah Kesehatan masyarakat bisa dimasukkan kedalam Aspek Sosial, Pancagatra, di Gatra Sosial/Budaya. Namun bila dilihat dari perkembangan situasi saat ini, akan juga berkaitan dengan Gatra lainnya.
Mewabahnya Covid-19 di banyak negara dan di Indonesia sudah mempengaruhi perekonomian dunia dan Indonesia, ini berkaitan dengan Gatra Ekonomi. Dilibatkannya Instansi Militer dan aparat Keamanan lainnya juga sudah melibatkan Gatra Pertahanan dan Keamanan.
Kritikan terhadap Pemerintah karena dianggap lamban atau salah dalam menyikapi masalah Covid-19 juga sudah masuk keranah Gatra Politik. Himbauan untuk tidak melakukan kegiatan keagamaan/berkumpul di rumah ibadah ada yang mengasosiakan dengan ajaran Komunis, dan ini menyangkut ke Gatra Ideologi.
Bila dilihat dari Aspek Alamiah, Trigatra, maka dari Gatra Kondisi Geografis negara Indonesia, yang merupakan negara kepulauan dan berada di persimpangan dunia mau tidak mau akan ikut juga merasakan wabah Covid -19. Kondisi negara yang banyak pulau bisa cukup menguntungkan untuk mencegah berkembangnya Covid-19 dari satu pulau ke pulau lainnya selama bisa diatur dengan baik. Dari Gatra Kekayaan Alam, pemanfaatannya akan terkendala dan tentunya tidak akan banyak bisa dinikmati Masyarakat apabila Covid-19 tidak segera dihentikan.
Dari Gatra Keadaan dan Kemampuan Penduduk (Demografi), inilah yang harus terus menerus diperhatikan. Tunjukkan kepada masyarakat bahwa Pemerintah benar-benar sudah sangat serius dan sudah memimpin, memegang komando dan kendali penuh dalam perang menghadapi Covid-19.
Pada akhirnya mari bersama melawan pandemi covid-19 dan  Informasikan berita-berita yang jelas tentang cara-cara dan aturan-aturan dalam menghadapi Covid-19 agar masyarakat bisa lebih paham dan terlindungi. Kobarkanlah terus semangat, sikap kebersamaan dan rasa percaya diri bahwa bangsa Indonesia pasti mampu dan bisa menyelesaikan wabah Covid-19 sesegera mungkin. Masyarakat juga jangan mudah panik dalam menghadapi situasi saat ini. Semoga wabah covid-19 ini segera berlalu dan terwujud sebuah revolusi (perubahan) besar bagi bangsa dan negara Indonesia.
Tentunya Masyarakat harus disiplin, patuh dan taat melaksanakan aturan-aturan dan himbauan dari pemerintah. Masyarakat harus bisa menjaga dirinya sendiri dan keluarga serta Lingkungannya agar tidak terkena Covid-19.
* Penulis adalah : Alumni Pascasarjana Ketahanan Nasional Universitas Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H