Mohon tunggu...
Misbah Hadi Wiyono
Misbah Hadi Wiyono Mohon Tunggu... Teknisi - Menulislah dalam perjuangan, Karena Tulisan lebih Tajam dari Pedang dan akan menjadi Jati Diri Penulis

Founder Ponpes Darul Arsyi-Lebak, Marketing Ekspor Wood Furniture dan Gusdurian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mitos Pernikahan Suku Sunda dan Suku Jawa, Benarkah?

29 Oktober 2020   22:46 Diperbarui: 29 Oktober 2020   22:50 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalian sudah menikah?

Kalau sudah maka bersyukurlah, karena sudah "naik kelas" dari hidup sendiri menjadi memiliki keluarga. Dan juga dari bertanggung jawab untuk diri sendiri menjadi bertanggung jawab untuk keluarga.

Kalian belum menikah?

Maka persiapan diri anda untuk menikah, karena menikah memiliki berbagai manfaat kebaikan, selain sebagai ibadah juga merupakan proses untuk meneruskan keturunan atau generasi anda.

Pernikahan antar suku seringkali menimbulkan polemik kekhawatiran untuk masa depan pernikahan, ditambah dengan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat. Mitos-mitos ini terkadang menjadi menghilangkan sifat kepribadian seseorang dalam menghadapi masa pernikahan atau hidup berumah tangga. 

Pernikahan antara Jawa dan Sunda sangat banyak memunculkan mitos mitos di masyarakat, antara lain sebagai berikut:

1. Pernikahan Pria Jawa dengan Gadis Sunda akan menjadi keluarga yang kuat.

2. Pernikahan Pria Sunda dengan Gadis Jawa akan menjadi keluarga yang lemah.

Tentunya hal ini dapat diperdebatkan karena pernikahan adalah menyatukan antara dua kepribadian tidak berhubungan dengan kesukuan seseorang.

Berdasarkan pengalaman pribadi dan juga obrolan dengan beberapa rekan, memang hal diatas memiliki kemungkinan untuk terjadi.

Mengapa penulis dapat menyimpulkan demikian?

Dalam adat pernikahan Jawa dan Sunda (tidak mewakili sepenuhnya) memiliki kultur masyarakat yang bertentangan antara Jawa dan Sunda sehingga menimbulkan "kelucuan" dalam memahaminya.

1. Tradisi Ngunduh Mantu dan Buka Pintu.

Dibeberapa daerah di Jawa dikenal acara Ngunduh Mantu dan Buka Pintu di Sunda.

Ngunduh Mantu memiliki arti bahwa keluarga pengantin pria akan mengambil mantu, terbukti dengan adanya acara "Lung Tinampen" ketika keluarga pengantin pria mendapatkan anggota baru dalam keluarganya. Lung artinya menyerahkan dan Tinampen artinya menerima. Sehingga pengantin wanita sudah diunduh menjadi milik keluarga pengantin pria.

Di Sunda dalam Buka Pintu, pengantin pria akan mengirimkan wakilnya untuk "berduel" dalam sebuah tarian pencak silat sebagai bukti bahwa pengantin pria memiliki kesungguhan untuk menjadi anggota keluarga pengantin wanita. Duel tersebut berlangsung di depan rumah pengantin wanita dan ketika wakil pengantin pria memenangkan duel, maka "Dibukalah Pintu" untuk menerima pengantin pria. Pengantin pria akhirnya menjadi bagian pengantin wanita.

Disinilah "Kelucuan" itu terasa sekali dalam pemahaman budaya jawa sunda. 

Pria Jawa akan berusaha untuk menarik gadis sunda untuk menjadi bagian keluarganya, demikian juga gadis sunda akan berusaha menarik pria jawa menjadi bagian dari keluarganya.

Dalam kondisi terbalik, wanita jawa disuruh mengikuti pria sunda, sementara pria sunda mau masuk dalam keluarga gadis sunda.

2. Wanita Sunda dan Pria Jawa adalah Maskot dalam kesukuannya.

Wanita Sunda adalah maskot yang luar biasa, menjadi kebanggaan keluarganya. Demikian juga Pria Jawa merupakan "Pangeran" dalam keluarganya sehingga seorang pangeran diharapkan akan membawa ratu dalam keluarganya.

Tentunya "kelucuan" terjadi lagi, ketika Ratu Sunda dan Pangeran Jawa saling menarik untuk menjadikan bagian dari keluarganya. Tentunya keluarga kedua belah pihak akan merayu agar menjadi bagian dari keluarga masing-masing.

Bagaimana nasib pangeran jawa dan ratu sunda?

Tentunya hal ini bukanlah sebagai kunci kesuksesan suatu pernikahan antara suku Jawa dan Sunda, tetapi hanyalah gambaran kecil yang seringkali terjadi dalam masyarakat.

Pernikahan adalah harmonisasi dari sebuah perbedaan, saling melengkapi dalam kekurangan dengan rasa cinta, kasih dan perjuangan dalam pengorbanan untuk menuju kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun