"Jangan ragu, saudaraku." Jawabku sambil merasa heran.
"Ada 3 hal yang ingin sekali aku tanyakan padamu. Tentunya yang sangat sekali ingin aku tanyakan setelah satu tahun mendampingimu."
"Kubuatkan kopi dulu ya." Selaku.
"Tidak perlu! Kau sebenarnya sudah tahu siapa kami. Tentu kau juga tahu kami tidak meminum apa yang kamu minum." Jawabnya agak membentak. Aku kembali merapihkan dudukku.
"Pertama. Mengapa kamu menganggap kami saudaramu?"
"Kalau kamu benar2 ingin aku menjawab pertanyaanmu, maku kamu harus berjanji terlebih dahulu. Bisakah?" Tanya atau mungkin jawabku dengan serius.
"Baiklah."
"Kamu harus berjanji bahwa yang aku sampaikan hanya bahan2 saja, hanya benih2 saja yang harus kamu tanam dengan caramu sendiri!" Ia mengangguk.
"Kita dihembuskan oleh dzat yang sama. Kita juga terlahir dalam ruang yang sama, yang sebenarnya tidak bisa aku sempitkan katanya menjadi ruang. Lalu dalam hirarkinya, sebenarnya aku adalah jenis yang jauh dilahirkan setelah kalian. Bahkan Ia pun adalah adik kalian 'sambil menunjuk si pengantar'. Maka apa alasanku untuk tidak menganggap kalian saudaraku?"
"Baiklah. Kedua. Mengapa kamu tidak membenciku?"
"Kita saudara bukan? Tak percayakah?" Jawabku sambil tertawa.