Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pangeran Sentot Ali Basyah, Meninggal sebagai Orang Buangan

14 Januari 2020   08:22 Diperbarui: 14 Januari 2020   08:30 3261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianer ....

Secara tidak sengaja saat kami melintas saya melihat sebuah gerbang beton dengan tulisan yang terbuat dari stenlis bertuliskan "Makam pangeran Sentot Ali Basyah" saya kaget juga dan bertanya dengan driver yang membawa kami, itu Sentot Ali Basyah Panglima Perang pangeran Diponegoro ?"

Driver menjawab iya, kalau begitu kita kembali muter dan saya ingin kesana,  dengan sigap driver berbalik arah dan menuju gerbang tersebut, dari jalan utama tidak terlalu jauh sekitar tiga menit perjalanan kami sudah sampai di lokasi, lokasi makam berada di sebelah kiri jalan dari kami masuk, berseberangan dengan makam terdapat sebuah sekolah, seperti biasa kami berfoto dulu di depan pintu utama makam, terlihat ada beberapa makam sebelum masuk kemakam utama.

Kompasianer ...

Makam pangeran Sentot Ali Basyah berada tepat sekitar 10 meter dari pintu masuk utama, makamnya berada di bawah bangunan putih, dalam bangunan terlihat dua buah yasin dan di pojokan ada sapu lidi, di sebelahnya dalam bangunan yang sama namun terhalang tembok ada terdapat dua buah makam lagi, karena tidak ada penjaga dan penjelasan, tidak tahu makam dan sejarah yang ada mengenai Pangeran Sentot Alibasyah ini.

Yang saya ketahui saat belajar di sekolah dulu, Pangeran Sentot Ali Basyah adalah salah seorang Panglima Perang atau tangan kanan dari Pangeran Diponegoro. Panglima Perang termuda dan terhebat saat itu, dia berusia 17 tahun saat ditunjuk Pangeran Diponegoro untuk memegang komando bertempur dengan memiliki pasukan sebanyak 250 orang, pasukan ini sebagai "Pasukan Penilih"

Keberhasilan dan ketangguhan serta strategi perlawanan dan perang yang di lakukan Pangeran Sentot Ali Basyah di akui langsung oleh Belanda saat itu, yang di tulis oleh De Klerek dalam bukunya "De Java Oorlog Van" di tulis tahun 1825 hingga 1830.

Dari catatan sejarah yang ada Pangeran Sentot Ali Basyah sendiri merupakan buyut dari Sri Sultan Hamengku Buwuno pertama.

Kompasianer ....

Pangeran Sentot Ali Basyah di jebak dan di tangkap di Madiun melalui perundingan, kemudian Pangeran Sentot di Paksa untuk memimpin pasukan Belanda dalam Perang Padri di Sumatera Barat.

Namun Pangeran Sentot Jiwa Nasionalismenya keluar, beliau malah mengadakan  perundingan dengan Pangeran Imam Bonjol tentang strategi yang akan di lakukan Belanda. Belanda rupanya memasang seorang mata-mata yang mengikuti terus gerak Pangeran Sentot Ali Basyah, dan melaporkan tentang pembocoran informasi pasukan Belanda yang di sampaikan oleh Sentot Ali Basah kepada Pangeran Imam Bonjol.

Begitupun dengan perang di Minang Kabau, Pangeran Sentot membocorkan semua strategi Belanda, mengetahui hal ini Belanda sangat murka,  Belanda mengetahui persekongkolan yang dilakukan pangeran Sentot.

Pangeran Sentot di Bawa ke Batavia, Belanda tidak ingin Sentot ada di Jawa, kemudian mengirimkan kembali Sentot beserta pasukannya ke Padang, namun Pangeran Sentot di turunkan di Bengkulu disana dia tinggal sampai meninggal, dan dimakamkan di tempat ini.

Kompasianer ....

Ini sekilas tentang sepak terjang Pangeran Senot Ali Basyah, mungkin banyak data yang saya kurang ketahui tentang Pangeran ini, yang jelas Pangeran Sentot berjuang bersama pahlawan-pahlawan lain untuk mengusir penjajah dari Negeri tercinta ini.

Salam Petualang

Bogor, 14012020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun