Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Curhat Seorang Apoteker

11 November 2019   12:26 Diperbarui: 11 November 2019   14:26 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari pagi masih malu-malu keluar dari peraduannya, warna keemasan menyertai munculnya perlahan, tidak seperti sahabatku yang datang kerumah, di pagi buta ini, kukatakan pagi buta karena memang aku baru pulang dari Masjid selesai melaksanakan sholat shubuh, dia sudah ada di depan rumah, dan masih mengenakan pakaian rumah, karena setahu aku, sahabatku ini bekerja pada perusahaan obat, dia adalah seorang apoteker.

Aku cukup terkejut saat dia mengatakan dia termasuk salah satu pegawai yang kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Namanya Adi, memang dia terkenal kutu loncat, sudah beberapa kali pindah dari perusahaan obat yang satu ke perusahaan obat yang lain, ada tawaran bagus sedikit pindah, sehingga melihat dia seperti ini agak bingung juga, seharusnya seusia seperti dia kalau masih mau jadi pekerja bertahanlah terkecuali kalau ada niatan mau buka usaha sendiri.

"Tumben, ada apa, Di?"

"Lo bisa bantu gua cari kerja ngak?"

"Lha, mau pindah lagi?"

"Bukan mau pindah, gue di PHK."

"Emang apa salah lo?"

"Bukan salah gua, salah BPJS nih."

"Lha, apa hubungannya BPJS dengan PHK lho."

"Rumah Sakit-Rumah Sakit yang order obat di Perusahaan gue, sudah empat bulan tidak ada yang bayar, angkanya sudah mendekati T, kalau di jumlah, nah perusahaan tidak mau memberi obat ke rumah sakit kalau belum membayar dulu sebagian utang yang ada, rumah sakit ternyata belum mendapat pembayaran dari BPJS sehingga Rumah Sakit juga belum bisa membayar ke perusahaan gue."

"Masuk dulu, ke dalam sekalian kita sarapan, biar enak ngobrolnya, tapi sampai jam 07.15 saja ya, karena aku harus kerja." Pintaku

Terlihat istriku masuk kembali ke dalam, saat melihat aku datang dengan seorang lelaki, rupanya dia tidak menggunakan hijab saat ingin membukakan aku pintu tadi, kami hanya duduk di teras, karena waktu Adi hanya sekitar 1 jam untuk bicara denganku.

"Apotek sudah ada yang tutup, sekarang Pedagang Besar farmasi juga kesulitan dalam keuangan."

"Salah satu jalan untuk sementara banyak pegawai yang dirumahkan tanpa menerima gaji, kami juga menyadari Rumah Sakit lebih mementingkan membayar gaji pegawai dari harus membayar hutang terlebih dahulu."

"Gue, salah satu yang kena dirumahkan." Kata Adi

"Aku coba nanti usahakan ya, tapi aku tidak janji, apa kamu bisa diterima di sana apa tidak, cuma satu aku minta nanti kalau sudah di sana enak jangan berhenti lagi bekerja, kasian anak istri." Kataku.

Adi mengiyakan, bersamaan dengan istriku keluar melihat kami, aku minta istriku membuatkan kami minuman dan sarapan pagi.

Bogor, 11112019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun