Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Antara Mira Ijen dan Sunu

19 Oktober 2019   19:50 Diperbarui: 19 Oktober 2019   19:55 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sunu mengamati sekeliling dimana dia berada, di sebelah kanannya nampak tebing tinggi yang tidak beraturan, di sebelah kirinya sebagain jurang yang hanya di batasi oleh rumput liar, di bagian lain disebelah kiri nampak sisa-sisa tonggak bekas pagar pembatas, agar pengunjung tidak masuk ke dalam jurang, cuaca masih gelap.

Sunu masih mencoba jalan perlahan sesekali matanya melihat kebelakang mencari sosok wanita yang baru di kenalnya di tempat parkir kawah Ijen, ia adalah Mira, seorang gadis asal Depok Jawa Barat.

Ya, Mira ke Ijen seorang diri sama seperti dirinya, mengisi waktu liburan, Mira seorang guru disalah satu sekolah Swasta di Depok, sedangkan Sunu juga seorang guru di salah satu sekolah swasta di Balikpapan.

Sunu melihat kebelakang, tapi tidak begitu jelas karena jarak pandang hanya satu meter saja, hari masih terlalu pagi, hanya lampu putih yang di tempelkan di jidad dari salah satu guide yang membawa rombongan dari Jerman yang terlihat, Sunu sengaja memperlambat jalannya, agar dia bisa beriringan nanti dengan Mira.

Pucuk di cinta ulam tiba, dalam keremangan malam terlihat Mira berjalan pelan mendaki Ijen seorang diri.

"Kalau lelah istirahat dulu mbak, tidak usah dipaksa."Sunu memulai pembicaraan

"Ia lelah sekali, masih jauh mas ?"Mira bertanya

"Kalau Jalan perlahan sekitar tiga puluh menit lagi."

"Masih jauh ya, mudahan masih sempat melihat api biru." Jelas Mira

"In Sya Allah bisa."

Pembicaraan keduanya terhenti, terdengar derap rombongan yang masih kuat, berada tepat di belakangnya, ternyata rombongan Pramuka yang tadi bertemu di parkiran, ingin mendahului mereka, Sunu dan Mira sedikit menyingkir memberi kebebasan rombongan untuk mendahuluinya.

Sunu masih mendekati Mira tanpa berkata apa-apa, dengan isyarat mata yang kurang jelas ke Mira ia memberikan semangat untuk tetap mendaki, Mira masih menjaga jarak dengan Sunu, karena mereka baru kenal sekitar tiga jam yang lalu. Mereka berdua berjalan beriringan, bersamaan dengan rombongan Pramuka yang sudah agak sepuh, satu demi satu langkah mereka pasti, untuk sebuah api biru.

"Di Banyuwangi nginap dimana ?"kembali Sunu memulai pembicaraan

"Di Hotel Ketapang Indah."

"Lho, saya juga nginap disana, kok ngak ketemu ya."Jelas Sunu

"Saya baru datang tadi sore, berdua sama temen, tapi tadi kepalanya agak pusing, tidak ikut mendaki kesini, saya karena sudah lama pengen kesini, ya, maksakan diri juga." Jelas Mira

"Kalau saya sudah dua hari disini, tanpa di tanya Sunu menjelaskan."

Mira tidak menanggapi, dia terus berjalan dengan satu dua langkah pasti, sesekali dia berhenti untuk menarik nafas, dan sesekali berhenti untuk mencari kekuatan baru, tidak terasa mereka sampai kepuncaknya.

"Api birunya yang mana.?"Mira bertanya

"Masih turun lagi ke bawah sekitar delapan ratus meter."Sunu menjelaskan

"Masih delapan ratus meter.?"Mira mengulang

"Ia, delapan ratus meter, dan jalannya sangat terjal, tapi kalau mbak Mira mau turun saya temani."Kata Sunu

"Isirahat sebentar dulu ya mas, nanti temenin turun ya, melihat api biru."

"Ia, saya juga pengen melihat api biru, nanti kita sama-sama."Kata Sunu

Waktu menunjukan pukul 3.45, terdengar suara azan dari salah satu HP pengunjung yang sedang beristirahat, dinginnya ijen mulai menusuk kulit dan tulang. 

Terlihat beberapa pengunjung mencari tempat yang datar untuk melaksanakan sholat Subuh, semua bertakyamum, karena memang tidak ada air untuk berwudhu disini, ada juga satu dua pengunjung yang membawa air mineral untuk berwudhu.

Selesai sholat, pengunjung mulai berkelompok untuk turun menuju api biru, Mira dan Sunu ikut bergabung dengan kelompok itu, karena mereka juga tidak tahu jalan menuju api biru.

Rasa lelah saat menuruni bebatuan yang terjal, terbayang dengan keindahan api biru, Mira tidak membawa masker sehingga beberapa kali dia seperti kesulitan untuk bernafas karena bau belerang amat menyengat, melihat itu, Sunu menyerahkan masker yang dia gunakan, diserahkannya masker yang dia pakai untuk Mira, Mira mengambilnya dan mengucapkan terima kasih, sambil berkata "Masnya nanti pakai apa ?"

"Saya pakai syal dan topi kupluk saja."Kata Sunu

Sunu melihat Mira mengeluarkan handphone untuk selfie, melihat ini Sunu mengambil kesempatan "Mbak Mira bergaya saja sini saya foto."Kata Sunu

Sunupun mengambil foto mira beberapa kali dengan latar belakang api biru, sesekali Sunu berlaku sebagai pengarah gaya, dan Mira mengikuti gaya yang diarahkan Sunu, begitu juga sebaliknya Mira beberapa kali sebagai fotografer Sunu.

Tidak terlalu lama mereka disini, hanya sekitar sepuluh menit, mereka memutuskan untuk kembali ke atas, karena bau belerang sangat menyengat, mereka melihat beberapa pria yang sedang mencongkel belerang, setelah cukup, belerang di taruh di keranjang di pikul dibawa keatas dan dijual ke pengepul di dekat parkiran, tidak terbayang bagaimana susahnya kehidupan mereka.

Cuaca sudah mulai terang, waktu menunjukan pukul 4.45 nampak ujung Semeru dan lereng Ijen dengan asap putih yang mengumpul, baru terlihat saat terang ini banyaknya pengunjung yang datang ketempat ini untuk melihat api biru, mereka berkelompok-kelompok.

Sepanjang perjalanan mendaki dari lereng, Sunu dan Mira saling foto, dan sampai ke puncak Ijen, pemandangannya sangat indah sekali, Sunu dan Mira saling foto, seperti orang yang berteman sudah lama, mereka duduk diantara bebatuan dan melihat orang-orang yang saling berbagi kebahagiaan, Sunu mengambil air mineral dari dalam ranselnya, dan menyerahkannya ke Mira satu botol, Mira menolaknya dan mengeluarkan juga air mineral dari dalam ransel yang dia bawa.

"Mbak Mira boleh minta nomor Handphone nya ?"

"Biar nanti saya kirim ke whatsapp foto-foto nya,"Sunu melanjutkan

"Melamun...." Sunu kaget di tepuk Mira

"Ia, ingat kejadian sepuluh tahun lalu, awal kita berkenalan disini, kata Sunu.

Ia itulah awal perkenalan mereka sepuluh tahun yang lalu, dan sekarang sudah menjadi suami istri, mereka bernostalgia di Ijen setelah sepuluh tahun berlalu.

Bogor, 19102019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun