Salam Petualang,
Udara Cerah dari Bogor menemani perjalanan kami menuju Ciwidei Bandung, Setelah diresmikan Tol Soroja ( Soreang-Pasirkoja), yang di resmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 April 2017 baru kali ini saya melalui Tol ini, jadi ini adalah perjalanan perdana saya melalui Tol Soroja.
Jalan Tol kali ini sangat bersahabat dengan kami, karena kami jalannya saat Lebaran Idul Fitri 2019 ini, Â tidak macet, terakhir saya ke Ciwidei pada tahun 2015, kami main ke Ranca Bali saat itu, kemudian ke Kawah Putih.
Keluar dari Tol Soroja, menuju Kawah Putih sekitar 45 km lagi, kami tidak langsung ke Kawah Putih, karena hari masih pagi dan jalanan tidak macet, kami mampir dulu ke Barusan Hill, sebuah waterboom, dan terdapat view-view yang sangat indah saat melihat di media sosial yang ada.
Barusan Hill
Tetap kami nikmati beberapa view yang masih tersisa dan yang masih bagus, kemudian kami mengelilingi waterboom, terdapat beberapa pengunjung dari Tangerang yang juga melihat-lihat tempat ini.
Kawah Putih
Yang jaga neng geulis, gadis-gadis parahiyangan yang berusia menurut kisaran saya sekitar dua puluh tahunan, menanyakan apakah kami akan membawa mobil sendiri naik, atau memakai angkutan umum yang disediakan oleh pengelola.
Kami memilih bawa kendaraan sendiri, karena jumlah kami berlima, kalau angkutan yang disediakan Rp. 15.000,- per orang, kalau bawa mobil sendiri Rp. 150.000,- di luar ongkos masuk per orang.
Hampir semua tempat wisata yang di kelola dengan baik sekarang melarang pedagang jualan di tempat wisatanya, untuk menjaga kebersihan, alasannya.
Jadi para pengunjung kudu bawa cemilan dan minuman sendiri dari bawah, yang perlu diperhatikan adalah menjaga sampah yang di bawa agar di bawa lagi dan diletakan ditempat sampah.
Di tempat parkir diatas, sudah penuh dengan kendaraan roda empat, cuaca sangat cerah, banyak pengunjung dari Surabaya dan Jakarta, saya melihat perbedaan yang sangat mencolok dengan terakhir kami kesini, pengelolaanya sangat bagus.
Kami langsung menuju kawah putih terlebih dahulu, pengunjung sangat ramai, sehingga kalau ada spot yang bagus, gentian dulu untuk berselfie rianya,
Seperti biasa kami berfoto dulu beberapa jepretan satu keluarga selanjutnya sialhkan masing-masing mendokumentasikan foto mereka.
Ada jembatan yang menjorok ketengah kawah, untuk memasuki jembatan ini kita membayar Rp. 10.000,- per orang, dan kalau terlalu banyak yang mau menaiki jembatan, pengelola akan mengatur secara bergantian.
Puas menikmati Kawah, hampir satu jam kami disini, kami naik secara perlahan menuju Sky walk Cantigi.
Sky Walk Cantigi
Ini adalah destinasi baru yang ada di Kawah Putih, biaya masuknya Rp. 10.000,- per orang, sayangnya saat kami membayar untuk lima orang, istri tiba-tiba pusing mungkin terlalu lama di kawah tadi, karena 1 jam lebih mencium blerang, sedangkan yang ideal disampaikan oleh pengelola apabila aroma belerang terlalu keras kita disarankan maksimal 15 menit berada di kawah selebihnya untuk segera naik keatas.
Menunggu sampai sepuluh menit, di depan pos pintu masuk Cantigi rasa pusing belum hilang, apalagi aroma belerang dari bawah terbawa angin sampai di tempat kami duduk, di putuskan akhirnya tidak jadi naik Sky Walk Cantigi, penjaga mengembalikan uang kami Rp. 50.000,- kami kembali ke atas, namun sempat mengambil foto di dekat pintu masuk.
Terdapat satu lagi jembatan untuk lansia, Cuma jalannya sekitar 2 km, dari sini kita akan melihat kawah putih dari ketinggian, tempat selfie yang sangat menarik juga, disini yang bukan lansia juga banyak yang menikmatinya.
Kami turun kembali dari kawasan Kawah Putih untuk menuju tempat parkir di samping pintu utama di bawah, untuk menikmati makan siang dan sholat dulu sebelum melanjutkan perjalanan.
Kawah Rengganis
Ada hal lucu saat menuju Kawah Rengganis, kami tidak mempercayai mbah google, Mbah Google menyarakan kami untuk terus saja sekitar 15 menit, sementara ada petunjuk besar di pinggir jalan agar kami ke kiri tertulis Kawah Rengganis, jalannya bebatuan kira-kita ukuran dua kepal tangan orang dewasa, kami terus masuk menyusuri itu, saat melihat mbah google memerintahkan kami terus tidak mengambil jalur kekiri yang ada petunjuk arahnya.
Sekitar 15 menit perjalanan dari pertigaan itu, kami melihat banyak tukang ojeg, dan kami berhenti untuk menanyakan Kawah Rengganis, benar itu adalah jalan baru yang mereka gunakan, jalan yang disana sudah rusak sehingga tidak di pergunakan lagi.
Dengan menggunakan ojek Rp. 20.000,- untuk sekali jalan kami melihat keindahan Kawah Rengganis.
Situ Patenggang
Sebuah situ yang terletak di Bandung Selatan, letaknya di daratan tinggi yang di kelilingi oleh perkebunan teh yang sangat menawan, legenda yang ada disini terkait dengan hubungan cinta asmara, situ Patenggang berasal dari kata pateang-teang yang berarti saling mencari, konon dahulu ada keturunan dewa raden Santang dengan Dewi Rengganis yang terpisah sekian lama, dan mereka saling mencari sekian lama dan bertemu di Batu Cinta, Â Dewi Rengganis mengajukan permohonan setelah bertemu, minta dibuatkan perahu di danau, perahu ini lah yang diyakini kemudian menjadi pulau di tengah Situ Patenggang.
Resto Pinisi
Disini kita tidak hanya mendapati tempat untuk ber selfie yang keren tetapi, tetapi juga kita bisa menikmati kuliner yang sangat mengasyikan, makan di atas kapal yang erada di perbukitan, memandang Situ patenggang dan melihat Batu Cinta dari ketinggian, keren sekali.
Apalagi kali kita kesini menjelang magrib antara siang yang akan berakhir dan malam yang akan muncul, suasanya semakin syahdu dan menyenangkan, hasil foto nya akan semain memikat.
Dari sini juga kita akan melihat Glamping Lakeside tempat camping kekinian, sayang saat kami akan menginap disini sudah penuh tidak ada tempat kosong, kami disarankan menginap di Walini.
Kami menginap di Ranca Bali di Guest House, dekat dengan pemandian air panas, ingin berendam air belerang di malam hari.
Harga nya Rp. 500.000,- terdirin dari dua kamar, satu kamar mandi dan satu ruang tamu, ada teras dan tempat parkir mobil.
Curug Tilu
Curug tilu berada di perkebunan the Ranca Bali, penduduk sini juga kadang menyebutnya curug batu lawing ibu, curug yang sangat indah dan menawan. Kami hanya sebentar disini, karena semakin siang semakin banyak kendaraan luar daerah yang masuk ke Ciwidey, sehingga kami putuskan pagi ini juga kami ke kota Bandung untuk menghindari kemacetan.
Hayooo, Jelajah Indonesia.
Bogor,03072019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H