Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kalimantan Selatan Nan Menawan

28 Juni 2019   08:55 Diperbarui: 28 Juni 2019   09:21 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam Petualang,

Kompasioner, sebelum tahun 2004, saya bolak-balik Kalimantan Timur- Kalimantan Selatan, karena masuk dalam wilayah kerja di tempat saya berkerja, sejak tahun 2004 ke atas, kesini kadang hanya satu tahun satu kali, perubahan yang ada tidak terlalu banyak, hanya sedikit, pada saat ini pun kami kesini sekalian membawa anak-anak untuk napak tilas, karena saat mereka disini umurnya waktu itu masih balita.

Pasar Terapung

dokpri
dokpri

Menyusuri sungai Martapura di pagi hari, jam lima pagi kami sudah berada di atas kapal selepas Sholat Shubuh, Pulau Kalimantan memang memiliki sungai-sungai yang sangat elok di telusuri dan dinikmati.

Kali ini kami menyusuri sungai untuk melihat aktivitas pasar terapung di Lok Baintan, kalau dahulu di tahun 2004 saya kesini, jam-jam seperti ini sudah banyak kapal yang membawa wisatawan lokal dan mancanegara yang berangkat melihat pasar terapung, tapi kali ini kami hanya bertemu dengan 3 kapal saja, yang menuju lokasi Lok Baintan.

dokpri
dokpri

Kalau tidak di pertahankan dan di cari kegiatan lain, tidak menutup kemungkinan pasar terapung ini hanya tinggal nama saja.

Cuaca masih gelap saat kami berangkat, sehingga dokumentasi yang kami ambil agak kabur, kira-kira lima belas menit  perjalanan kami, mulai terlihat sinar mentari pagi, kami pun berpindah dari dalam kapal naik ke atas kapal, menikmati kiri-kanan sepanjang jalur yang kami lalui, terlihat  masyarakat mulai beraktivitas pagi, ada yang menyuci, ada yang mandi di rumah atau di batang di pinggir sungai.

Tidak terasa kami mendekati keramaian pasar terapung, ada 4 kapal yang sudah beraktivitas di sini, berarti dengan kedatangan kami sekitar 7 kapal yang ada, waktu menunjukan pukul 06.30 pagi, ramai ibu-ibu yang menjajakan dagangannya, sangat terampil mereka menggunakan perahu, berhimpit diantara kapal-kapal para wisatawan.

dokpri
dokpri

Yang mereka dagangkan adalah hasil pertanian dan perkebunan masyarakat setempat, hasil kerajinan tangan, dan makanan serta minuman.

Kue-kue khas Banjarmasin juga ramai di dagangkan disini, menurut motoris yang membawa kami, kalau hari Jum`at, Sabtu dan Minggu disini lebih ramai lagi.

Saya naik ke atas kapal untuk mencari moment-moment yang bagus buat dokumentasi saya, setelah puas baru ke bawah menikmati apa-apa tadi yang di beli, setelah puas kami kembali ke Pasar Terapung tempat kami awal naik kapal, di dekat Monumen Patung Bekantan.

Patung Bekantan

dokpri
dokpri

Nasalis Larvatus atau yang dikenal di Kalimantan dengan nama Bekantan, terdapat patungnya di taman ini dengan posisi duduk seraya menggaruk kepala dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya memegang serenteng buah rambai, buah rambai ini adalah salah satu buah yang ada di Kalimantan, biasanya kalau buah ini keluar artinya musim buah sudah habis, menunggu tahun depan lagi, rambai merupakan makanan kesukaan Bekantan.

Selain Pasar Terapung, Patung Bekantan juga merupakan icon dari Kalimantan Selatan.

Patung ini berada di tepi Sungai Martapura tepatnya di Jalan Pierre Tendean, dengan memiliki ketinggian 6,5 meter konon katanya harga patung ini Rp. 2,6 miliar, yang dibuat oleh Pemerintah Kota Banjarmasin.

dokpri
dokpri

Kalau dilihat-lihat patung dan kondisi yang ada lebih mancung hidung Bekantan dari pada hidung saya.

Kalau patung singa Merlion di Singapura mengeluarkan air, patung Bekantanpun disini dari mulutnya mengeluarkan air, saat air keluar dari mulut Bakantan kita ambil foto di depannya sangat bagus sekali.

Ramai sekali pengunjung yang hadir ditempat ini kalau pagi, sore dan malam hari, yang agak sepi itu siang hari, apalagi kalau matahari lagi terik-teriknya, nah....bagus itu kalau kita ambil foto, serasa milik sendiri, tidak ada orang lain.

Museum lambung Mangkurat

dokpri
dokpri

Kami beruntung sekali saat kesini di temani seorang ahli sejarah strata satu dari jawa tetapi orang Banjar asli, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang kami tanyakan seputar museum ini dan ada beberapa korelasi dengan museum yang lain, dapat dijelaskannya dengan baik.

Kalau dilihat dari sejarahnya, museum Lambung Mangkurat ini  beberapa kali perubahan sebelumnya, Tahun 1907 ini awalnya Museum di Kalimantan Selatan ini bernama Museum Borneo, kemudian Tahun 1955, berganti lagi menjadi Museum Kalimantan, Tahun 1967 berganti lagi Museum Banjar, terakhir tahun 1979 sampai sekarang sebagai Museum Lambung Mangkurat, tentunya berganti tahun berganti pula tempat dan pendiri Museum.

Museum Lambung Mangkurat ini berdiri diatas tanah seluas 15.000 m2, terdiri dari bangunan induk dua lantai, ruang pameran, kantor dan rumah jabatan kepala dinas.

dokpri
dokpri

Diberi nama Lambung Mangkurat dari sebuah hikayat Banjar, dimana Lambung Mangkurat atau Lembu Mangkurat merupakan pemangku kerajaan negara Dipa yang menjadi cikal bakal Kesultanan Banjar.

Saat kami kesini, banyak anak-anak sekolah yang dibawa oleh gurunya untuk melihat dan mencatat apa yang ada di Museum ini, Museum ini sebagai tempat pembelajaran sejarah bagi seluruh siswa.

Jumlah koleksi yang ada di Museum ini menurut pemandu kami lebih dari 12.000, terdiri dari etnografika, historika,geologika, geografika, heraldika, biologika, arkeologika, numansimatika, keramalogika,filologika dan berbagai macam koleksi seni rupa.

Kemudian kami beralih ke gedung samping, gedung yaitu Gedung Gusti Sholihin.

Gusti Sholihin dan hasil karyanya

dokpri
dokpri

Gusti Sholihin di lahirkan pada tanggal 7 Juni 1925 di Sungai Jingah, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Gusti Sholihin tidak begitu terkenal, disebabkan meninggal dalam usia yang sangat muda, beberapa tahun lalu untuk mengenang kembali kiprah Gusti Sholihin pernah diadakan diskusi tentang ini, tahun 2019 inipun di Bengkel Lukis Taman Budaya Kalimantan Selatan di adakan hal yang sama, tepatnya pada tanggal 15 Februari 2019.

dokpri
dokpri

Beberapa lukisan Giusti Sholihin terpajang banyak di Galeri ini, termasuk foto-foto saat pemindahahan makam beliau dari Bali ke Banjarmasin.

Martapura

dokpri
dokpri

Siapapun kalau mendengar Martapura selalu mengaitkannya dengan Intan dan batu, tidak salah memang, karena kota penghasil intan terbesar di Indonesia adalah Martapura.

Pasar Intan di Martapura berada di Jalan Ahmad Yani Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, tempat ini selalu ramai di kunjungi orang dari pelosok tanah air dan manca negara, apalagi kalau hari libur, bisa dua kali lipatnya jumlah pengunjung yang datang kesini.

dokpri
dokpri

Saran saya kalau membeli intan disini, harus di pastikan dulu keaslianya, menggunakan alat yang banyak di jual disini, jangan sampai kita membeli batu tiruan bukan intan asli.

Rumah Adat

dokpri
dokpri

Dari catatan sejarah yang ada rumah adat Banjar sudah ada sejak abad ke-16 dan terdapat dua belas jenis rumah adat yang terdapat di Kalimantan Selatan.

Pada mulanya rumah adat Banjar ini memiliki kontruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan, seiring dengan meretasnya waktu, terjadi penambahan bangunan di sisi kiri dan kanan bangunan utama, kalau orang banjar menyebut istilah ini "disumbi"

dokpri
dokpri

Saat ini Rumah adat Banjar bisa di hitung dengan lima jari yang tersisa, kami berkesempatan untuk melihat, memasuki dan merasakan rumah adat Banjar ini.

Rumah Banjar disebut juga Rumah bubungan tinggi, karena memang sangat tinggi sekali antara lantai dengan atap, ini yang menyebabkan rumah banjar sangat dingin. Tanpa AC tentunya.

Rumah adat ini terdiri dari kayu ulin, semua bahan terbuat dari kayu ulin.

Saya menyempatkan diri berselfie ria dari berbagai sudut rumah adat Banjar ini.

Riam Kanan dari Bukit Kaladan

dokpri
dokpri

Danau Riam kanan adalah sebuah danau yang terbentuk tidak secara alami, tetapi dibuat, dari catatan yang ada proses pembuatan danau ini dimulai pada tahun 1958, yang di prakarsai Gubernur Kalimantan Selatan atau mantan Menteri Pekerjaan Umum di Era Pemerintahan Presiden Soekarno. Dan waduk ini di resmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1973, konon menurut warga disekitar sini ada dua Desa yang di tenggelamkam untuk membuat danau ini.

Setelah kami mengelilingi Riam Kanan, kami mendaki Bukit Kaladan, Kami ingin melihat Riam Kanan dari ketinggian.

Danau Riam Kanan membendung delapan sungai dari Pegunungan Meratus, bangunan ini berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air untuk wilayah Banjarmasin.

dokpri
dokpri

Kalau kita mengambil gambar dengan posisi yang tepat, kita katakan kita berada di Raja Ampat, bisa saja ada yang mempercayai, karena memang perbukitan yang ada mengelilingi danau yang ada di tengahnya, persis di Raja Ampat.

Panorama yang sangat indah, barisan bukit yang hijau, Bukit Kaladan dengan latar belakang Riam Kanan sangat cocok untuk yang suka berburu foto selfie.

dokpri
dokpri

Untuk naik ke puncak Bukit Kaladan ada dua cara, pertama berjalan kaki, fisik harus kuat karena berjalan kaki dari dasar sampai kepuncak membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan tingkat kemiringan bukit 60 drajat, namun jangan takut karena begitu sampai dibukit rasa pegal itu akan hilang.

Yang kedua dengan mengendarai ojek, biaya ojek sekali jalan Rp.20.000,- berarti kalau PP kita mengeluarkan biaya Rp. 40.000,- di tambah biaya masuk nanti di tengah jalan sebesar Rp. 5.000,- per orang.

Hayoo, Jelajah Indonesia.

Bogor, 28062019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun