Saat malam hari saya ke sini, ada peziarah dari Madura, Pandeglang, dan Bogor. Mungkin banyak lagi yang lainnya, saya kebetulan hanya bertanya dengan mereka yang duduk-duduk beristirahat di dekat saya.
Ada dua versi yang menceritakan siapa arsitektur yang merancang pembangunan masjid ini, yang pertama mengatakan masjid ini dibangun oleh arsitek keturunan Tiongkok yang bernama Tjek Ban Tjut, sedang versi yang lain menyebutkan masjid ini diarsiteki oleh Raden Sepat dari Demak.
Kompasianer, malam itu saya mencoba sholat secara berpindah-pindah. Saya sholat dua rakaat pertama ada di serambi kiri, kemudian dua rakaat lagi di serambi tengah, dan dua rakaat lagi di serambi kanan, setelah itu masuk ke dalam masjid.
Di sisi kiri serambi masjid terdapat makam Pahlawan Sultan Ageng Tirtayasa, dan makam keluarga kerajaan. Di dalam masjid berbentuk bujur sangkar, dengan beberapa tiang penyangga, juga terdapat mimbar di dalamnya.
Adapun menara di bagian depan, memiliki ketinggian 24 meter dan memiliki diameter 10 meter, dibangun oleh orang Belanda yang masuk Islam bernama Hendrik Lucaszoon Cardeel pada tahun 1629 atas perintah Sultah Haji.
Dulu fungsi menara ini sebagai bilal kalau mengumandangkan azan, juga berfungsi sebagai menara pengawas, dan tempat persembunyian senjata. Dahulu jarak antara pantai dengan masjid kurang lebih 1,5 km namun terjadi pendangkalan sehingga jarak pantai jauh sekali sekarang dari masjid.
Hayoo, Jelajah Indonesia.
Bogor, 24062019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H