Beruntung ada anak tangga kecil yang diletakkan di tanah. Kami mencoba mendirikan anak tangga tersebut, agar kami bisa naik dan melihat sisa-sisa yang ada dari Keraton Surosowan, sisa-sisa saksi bisu kejayaan Banten dahulu.
Adapun arsiteknya orang Belanda, Hendrick Lucasz. Dengan ketinggian 2 meter dan lebar 5 meter, keraton ini difungsikan untuk meminimalisasi serangan Belanda yang pernah menyerang Keraton. Hendrick Lucasz menjadi mualaf dan masuk Islam. Atas jasanya dia diberi gelar oleh Sultan dengan nama Pangeran Wiraguna.
Keraton hancur, tersisa seperti bentuk seperti sekarang ini. Bahan bangunan keraton sendiri menggunakan bahan bata campuran pasir dan kapur sebagai bahan dasarnya.
Kompasianer, saat kami di sini sama seperti kami ke tempat bekas-bekas kejayaan Banten di abad ke-17, sepi tidak ada orang. Kami menuruni bekas-bekas reruntuhan ini. Namun kami hanya menebak, ini bekas rungan apa, ini bekas ruangan apa, karena tidak ada tempat untuk kami bertanya.
Keraton Surosowan ini berupa reruntuhan, terdapat sisa ruang yang masih bisa kita lihat dari atas tempat kami berdiri, ada seperti gerbang di bagian utara, ada seperti bekas kolam, cukup luas juga bentuk kolamnya.
Dari data yang ada, luas Keraton Surosowan mencapai 4 hektar. Ini juga merupakan salah satu benda cagar budaya yang ditetapkan oleh pemerintah Banten. Walaupun ini adalah sisa-sisa kejayaan Banten, tidak ada salahnya Kompasianer menjajal tempat ini, sebagai tambahan wawasan dan yang terpinting bisa berswafoto di sini.
MASJID PACININ TINGGI