Salam Petualang,
Hari kedua, Kalimantan Timur
Hari kedua di Kalimantan Timur, kami menuju Samarinda seberang, untuk melihat pembuatan Sarung Samarinda.
Sarung Samarinda
Pada awalnya kerajinan tenun sarung ini dibawa oleh orang-orang suku Bugis yang merantau ke Samarinda, mereka tinggal di Samarinda Seberang, sejak tahun 1668, dimana saat itu Samarinda masih berada dalam kawasan Kerajaan Kutai Kartanegara, mereka-mereka inilah yang mengembangkan dan menjadikan Sarung Tenun Samarinda sampai sekarang.
Tenun tradisional Sarung Samarinda ini terbuat dari benang sutra, benang sutranya sendiri didatangkan dari Cina, proses pembuatannya kami di ajarkan disini secara singkat oleh pengrajin-pengrajin yang didatangkan oleh panitia ketempat ini.
Kami juga diperlihatkan alat-alat yang digunakan membuat sarung Samarinda, semua alat terbuat dari kayu dan tidak ada satupun yang menggunakan mesin, termasuk menjahit sambungannya, jahitannya menggunakan tangan, dan semua dikerjakan oleh tangan manusia, peralatan pembuatan kain tenun Samarinda terbagi dalam empat bagian yaitu : Unuseng (alat pemintal), Saureng (alat penyusun corak), Apparising (alat tempat memasukan benang), dan Pemalu (alat tempat penggulungan benang).
Sedangkan bahan yang digunakan untuk membuat sarung Samarinda dibagi dalam tiga bagian yaitu : Benang sutra alam, Benang sutra import dan benang pewarna yang diimport dari Jepang dan Jerman.
Sedangkan jenis-jenisnya cukup banyak yang mereka sebutkan, saya sudah kurang fokus, karena sudah pada rame berselfie ria.
Menyusuri Sungai Mahakam
Destinasi berikutnya yang kami tuju adalah, menyusuri sungai Mahakam, sungai Mahakam memiliki panjang 920 km, dengan luas 149.277 km2, sungai Mahakam sendiri memiliki beberapa anak sungai seperti Sungai Belayan, Sungai Lawa, Sungai Kedang Kepala, Sungai Telen, Sungai Tenggarong, Sungai Karang Mumus.
Pemerintah sudah merelokasi untuk bangunan di pinggir sungai sudah tidak ada lagi, sangat nikmat kalau sore atau malam hari kita menikmati jagung bakar, mie telur, pisang goring, kopi susu dan lain-lain di tepian Mahakam.
Kalau kita berada di hulu sungai masih sering kita melihat ikan Pesut Mahakam, tapi kalau di tempat kami menyusuri sungai ini, sudah susah melihatnya, karena banyaknya perburuan dan rusaknya ekosistim yang ada.
Kalau di hulu sungai juga masih sering kita melihat satwa-satwa yang sudah mulai langka seperti Burung Enggang, Bangau Tong-tong, Raja Udang, Bekantan, Lutung, Berang-berang, dan beberapa jenis satwa lainnya.
Kami menggunakan 4 kapal pesiar, menyusuri sungai Mahakam dan di kawal dua kapal Polairud.
Destinasi berikutnya yang kami kunjungi adalah Museum Mulawarman di Tenggarong, Tenggarong merupakan Ibu Kota Kutai Kartanegara, selain peninggalan kerajaan yang ada disini, disini juga terdapat makam Sultan.
Sebelum ke Museum kami kerumah jabatan Sekretaris Daerah dulu untuk menikmati makan siang, seraya menikmati organ tunggal yang disediakan oleh Sekda.
Setelah selesai Sholat, makan serta menikmati hiburan, baru kami menuju Museum Mulawarman.
Kami menyusuri semua tempat, setelah itu foto bersama dan setelah puas, kami kembali ke Samarinda.
Rumah Jabatan Sekda Kaltim
Kunjungan kami berakhir di Kalimantan Timur di Rumah Jabatan Sekretaris Daerah, Â kami makan malam dan menyaksikan hiburan-hiburan yang sudah disediakan.
Selanjutnya kami berselfie ria dengan teman-teman semua, panitia juga mendatangkan dua orang Suku Dayak yang lengkap dengan pakaian khas Dayaknya.
Kompasioner, yang belum pernah ke Kalimantan Timur, silahkan untuk berkunjung ke sana, banyak destinasi-destinasi yang menarik, apalagi kalau kita waktunya cukup panjang bisa masuk ke pedalaman, banyak yang bisa kita eksplore.
Hayoo, Jelajah Indonesia.
Kaltim #H2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H