Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Manado dan Destinasinya ( 2-Habis )

20 Juni 2019   06:43 Diperbarui: 20 Juni 2019   06:54 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam Petualang,

Hari Kedua, Manado

Kompasioner, Hari kedua kami memisahkan diri dengan rombongan, karena hari ketiga nanti saya tidak ikut, teman-teman pada pergi ke Bunaken di hari ketiga, oleh sebab itu di hari kedua saya memisahkan diri. Karena cuaca lagi kurang bersahabat, saya tidak ingin memaksakan diri ke sana, karena sebelumnya sudah pernah kesana juga.

Makam Tuanku Imam Bonjol

dokpri
dokpri

Tempat yang kami tuju pertama adalah, Makam Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol.

Makam ini terletak di Jalan Pineleng-Kali, Desa Lotta, Kecamatan Pineleng, merupakan salah satu destinasi wisata yang di tetapkan Pemerintah Daerah untuk pengunjung dari luar Sulawesi Utara.

dokpri
dokpri
Makam Tuanku Imam Bonjol berbentuk rumah adat Minangkabau berukuran 15 meter x 7 meter.

Saat memasuki makam, tertulis di nisan Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin bergelar Tuanku Imam Bonjol Pahlawan Nasional. Lahir tahun 1774 di Tanjung Bungo/Bonjol Sumatera Barat, wafat tanggal 6 November 1854 di Lota Minahasa, beliau meninggal dalam pengasingan oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

dokpri
dokpri
Terdapat lukisan besar Tuanku Imam Bonjol sedang menunggangi kuda dan bersiap untuk menyerang, di dinding sebelah makam.

Selanjutnya kami menuruni anak tangga di belakang makam, disana terdapat  aliran anak sungai yang sangat jernih dan airnya sangat dingin, terdapat sebuah bangunan bertuliskan Tempat Ibadah Tuanku Imam Bonjol.

dokpri
dokpri
Ditempat ini terdapat sebuah batu besar yang dahulunya batu itu digunakan sebagai pengganti sajadah apabila beliau ingin melaksanakan Sholat, sedangkan bagi para wisatawan yang akan melaksanakan sholat, terdapat sebuah mushola di sebelahnya.

Puncak Rurukan

dokpri
dokpri

Setelah dari Makam Tuanku Imam Bonjol kami melanjutkan perjalanan ke Puncak Rurukan, Puncak ini masih berada dalam kawasan Kecamatan Tumohon Timur, Rurukan sangat terkenal dengan perkebunan sayur mayur, disini juga terdapat perkebunan bunga beraneka ragam, apabila Kompasioner berkunjung kesini dan bertepatan dengan karnaval bunga, sangat ramai dan meriah sekali. Tumohon merupakan supplier utama komoditas bunga di Sulawesi Utara.

dokpri
dokpri
Setelah kami membayar karcis masuk, kami pesan teh panas, pisang goreng dan kentang goreng, seraya menunggu dihidangkan kami, berselfie ria dulu dengan, beberapa orang yang mengenakan pakaian kebesaran warga Sulawesi Utara, biaya untuk foto ini sukarela seikhlas kita mereka tidak memasang harga.

Udara yang ada sangat sejuk, karena berada di ketinggian, kami berkeliling untuk mencari tempat selfie yang bagus sebagai kenang-kenangan.

Gunung Mahawu

dokpri
dokpri

Kali ini kami menuju Gunung Mahawu bertemu dengan teman dari Belanda dan Jerman yang bermain ke Gunung Mahawu, Gunung Mahawu memiliki lebar 180 meter dan memiliki kedalaman kawah 140 meter, dan memiliki dua kerucut Piroklastik di Lereng sebelah Utara, dengan ketinggian 1.311 mdpl.

dokpri
dokpri
Dari catatan sejarah yang ada, Gunung Mahawu pertama kali meletus pada tahun 1789, kemudian kembali meletus pada tahun 1977, 1994 dan tahun 1999, di letusan terakhir inilah yang menyebabkan air kawah yang berwarna hijau hilang musnah, meski demikian bau belerang masih dirasakan sampai saat ini, walau tidak terlalu keras aromanya.

Yang menarik dari Gunung Mahawu adalah, trek menuju puncak yang sudah tertata rapi, sudah dibuat trap-trap anak tangga menuju puncak, menurut penjelasan petugas di sana ada 150 anak tangga, dan di sebelah kiri anak tangga, terdapat besi untuk berpegangan jika lelah menuju puncak, walau terdapat beberapa pegangan pipa besi yang sudah rusak.

dokpri
dokpri
Disepanjang perjalanan pun kita masih mendengar suara-suara burung beraneka ragam yang ada disana.

Kalau kita ingin menuju ke Gunung Mahawu, kita memerlukan waktu sekitar 1 jam 30 menit, dengan kecepatan sedang dari kota Manado.

Sampai di pelataran parkir, sudah terbaca jelas tulisan Mahawu, seraya beristirahat sejenak untuk persiapan pendakian tidak ada salahnya berselfie ria dulu disini.

Perlu diingat teman-teman kompasioner, sebelum naik ke puncak Mahawu,  harus membawa minuman dan makanan ringan dulu dari kota Manado atau Tomohon, karena di puncak Mahawu tidak ada pedagang disana yang berjualan.

Perjalanan ke puncak tidak terlalu jauh, cuma sedikit melelahkan, sesampai di atas puncak Mahawu, semua kelelahan kompasioner  akan hilang lenyap, cuaca yang dingin, sejuk serta pemandangan yang sangat indah yang membuat lenyapnya rasa lelah, ada bangunan dua lantai disediakan untuk kita memandang dengan bebas.

Kompasioner juga tidak di larang untuk turun ke dalam kawah, kalau turun ke kawah memerlukan waktu sekitar 30 menit.

Pagoda

dokpri
dokpri

Tomohon memiliki vihara yang megah yang di lengkapi dengan Pagodanya, setelah dari Gunung Mahawu kami menyempatkan diri kesini sebelum kembali ke Manado, dan kembali ke Jakarta.

Pagoda ini juga merupakan salah satu destinasi wisata andalan Kota Tomohon, Vihara ini di bangun pada tahun 1982, pembangunannya cukup lama dan baru diresmikan pada tahun 2009, kalau kita memasuki arena parkir dan berjalan kita akan disambut oleh 18 patung Lohan, memiliki warna kuning keemasan, sebagai simbol telah sadarnya 18 pendosa ini ke jalan yang lurus.

dokpri
dokpri
Luas secara keseluruhan komplek ini 2 hektar, dan berdiri Pagoda Ekayana yang selesai di bangun pada tahun 1996, dengan memiliki 9 lantai, disini pengunjung di persilahkan masuk, bebas dengan catatan melepas sepatu dan menjaga kebersihan serta kesopanan.

Menurut kepercayaan mereka Pagoda merupakan simbol untuk menghormati para leluhur, setiap lantai terurut rapi diletakan benda-benda sakral sesuai dengan lantainya.

Dari atas pagoda kita bisa melihat Gunung Lokon dengan jelas, sangat indah dan sangat mempesona.

Terdapat kolam dan patung naga setelah kami turun dan keluar dari pagoda, kami kembali berselfi ria disini, Indah sekali.

Karena waktu sudah sore, dan kami tidak mengikuti kegiatan di hari ketiga, kami kembali ke Manado dan langsung ke Bandara untuk kembali ke Jakarta.

Hayo, Jelajah Indonesia.

Manado #H2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun