Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tawaf Sai dan Tahalul (Episode 27)

31 Mei 2019   10:36 Diperbarui: 31 Mei 2019   10:52 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat pukul 22.00 waktu Makkah, tidak ada terlihat wajah lelah dari para jamaah, semua bersemangat, ingin melihat Masjidil Haram, ingin melihat Ka`bah, ingin menghadap Illahi sang pencipta. 

Ustadz Mahrus mengumpulkan semua jamaah di lobby hotel," kita sekarang akan menuju Masjidil Haram, kita Sholat Magrib dan Isya dulu, kemudian kita akan melaksanakan tawaf, setelah itu sa`i dan tahalul, sekarang siapa yang wudhu nya hilang ?" tanya Ustadz Mahrus, karena jamaah tidak menjawab, artinya semua jamaah masih dalam keadaan suci, baik nanti kalau lagi tawaf di ingat putrannya kalau yang batal wudhunya ya, karena agak banyak jamaah yang juga melakukan tawaf, posisi saya nanti ada di depan, yang lain mengikuti yang saya ucapkan, kalau ada jamaah yang hafal do`anya berada di tengah agak keras, biar yang lain mendengar dan bisa mengikuti, kalau kesulitan juga karena ramai, baca do`a sapu jagad saja, sekali lagi ingat hati dan pikiran fokuskan kepada Allah jangan ke yang lain," kata ustadz Mahrus

Rombongan keluar hotel dan berjalan menuju Masjidil Haram, sebuah jam besar yang terlihat menjulang tinggi menunjukan angka 10.10 sama dengan yang tertera di depan salah satu pintu masuk Masjidil Haram 22:10.

Tepat sebelum memasuki salah satu pitu Masjidil Haram, ustadz berhenti diikuti oleh seluruh jamaah, mereka semua berdo`a  Allahumma antas salam, wa minkas salam wa`alaika ya`udus salam fahayyina rabbana bissalam, wa adkhilnal jannata daras salam, tabarakta rabbana, wa ta`alaita ya zaljalahi wal ikram, Allahummaftah lii abwaba rahmatika, Bismillahi walhamdulillahi wasshalatu wassalamu`ala rasulillah." Satu-satu mereka memasuki Masjid. 

Kalau di Masjidil Haram tidak seketat di Nabawi untuk pemisah laki-laki dan wanita, disini pintu masuknya bebas, ustadz Mahrus mencari tempat yang agak lowong di dalam, untuk mereka dapat melakukan sholat Magrib dan Isya terlebih dahulu, dari sini Ka`bah belum terlihat, karena memang ustadz mengambil tempat yang agak kebelakang dan pandangan kedepan tertutup oleh pilar-pilar yang ada.

Selesai melaksanakan sholat, ustadz Mahrus berdiri diikuti oleh yang seluruh jama`ah, perlahan maju kedepan, dari sini sudah mulai terlihat samar bangunan hitam berhias kaligrafi berwarna emas, rombongan terus berjalan kedepan dan Nampak jelas Ka`bah di depan mereka, seluruh jamaah mengeluarkan air mata tanpa bisa di bendung, bagai mana tidak, selama ini mereka sholat memandang ke tempat sajadah dan membayangkan Ka`bah ada di hadapan mereka, tapi kali ini mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri Ka`bah itu, tempat di tuju seluruh umat Islam dunia apabila melaksanakan sholat.

Ustadz Mahrus dan Ustadzah Neneng berhenti sejenak kemudian berdo`a dan diikuti oleh yang lain, karena suara ustadz Mahrus cukup keras "Allahuma zid haazal baita tasyriifan wa ta`ziiman wa takriiman wa mahaabatan wa zid mansyarrafahuu wa azzamahuu wa karramahuu mimman hajjahu awi`tamarahuu tasyriifan wa ta`ziiman wa takriiman wa birran. 

Catur masih berdiri tegak seperti belum percaya kalau dia berada disini, berada di tempat kiblat bagi umat Islam, semua do`a yang di pelajari saat manasik di Indonesia buyar, dia hanya mengucap mengikuti apa yang diucapkan ustadz, entah bagaimana perasaan Ibu bos, Ilos, Taufiq, Noval dan jamaah lainnya, air mata kegembiraan, kesedihan dan ingat akan semua dosa yang dilakukan bersatu dalam tangisan.

Sayup-sayup suara ustadz Mahrus terdengar memberikan aba-aba untuk segera memulai tawaf, berlari kecil mengelilingi Ka`bah sebanyak 7 kali, ini adalah salah satu wajib umroh, yang apabila tidak di laksanakan atau di tinggalkan kita wajib mengantikan dengan dam atau denda, mereka memulai tawaf dari lampu yang berwarna hijau dengan bersama membaca "bismillahi Allahu Akbar. 

Catur menempatkan Noval di sebelah kiri Ibunya, dan Taufiq di sebalah kanannya, Ilos di letakkan di belakang ketiganya dan Catur berada di depan persis di belakang ustadz Mahrus sehingga apa yang diucapkan oleh ustadz Mahrus mereka mendengarnya, dan mereka tinggal mengikuti saja, tidak perlu ikut membaca buku manasik yang di bagikan saat di Tanah Air.

Rombongan sudah memulai tawaf, tujuh kali putaran tanpa putus secara berturut-turut, do`a pada putran pertama, dan melampaikan tangan kanan pada Rukun Yamani dan berdo`a " Robbana aatina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina azabannar." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun