"Kalau Catur mau pulang, pulang saja." Lanjut si bos
"Ia, pak tidak apa-apa, saya cari keringat dulu sebentar disini." Jelas Catur.
Setelah memasukan handphone ke kantong, Catur mencoba berjalan mengelilingi lapangan Sempur, bersama ratusan orang yang sedang berolah raga juga.
Catur tidak menghitung berapa putaran sudah yang dia dapat, yang jelas baju kaos yang digunakan sudah mulai basah oleh keringat, wajah juga terlihat butiran-butiran keringat seperti jagung, dan kaki mulai terasa pegal.
Upsss, hampir saja Catur menabrak anak kecil yang tiba-tiba memotong alur jalannya, dia pegang lengan anak itu, maaf hampir om tabrak, kata Catur.
Dia pegang pundak anak tersebut, nampak dari pinggir lapangan seorang gadis yang masih belia, memotong alur orang yang lagi mengitari lapangan Sempur berolah raga menghampiri anak tersebut yang masih di pegang Catur pundaknya.
"Maaf, pak, maafkan anak saya." Kata nya
"Oh, tidak apa," kata Catur
Melepaskan tangannya dari pundak anak tersebut, si ibu menggendong anaknya, tersenyum sebentar ke arah Catur, terus berlalu ke pinggir langan.
Catur kembali melanjutkan aktivitasnya berjalan keliling lapangan kali ini, ia mempercepat langkahnya, bahkan kadang dia berlari-lari kecil, kemudian berjalan lagi.
Waktu menunjukan pukul 07.00  pagi, ini menandakan Catur sudah satu jam persis  berolah raga, dia masih tetap mengitari lapangan, kali ini berjalan sangat santai, seperti orang yang sedang melakukan pendinginan, sambil membayangkan, sarapan pagi apa habis ini, karena di sayap belakang Lapangan Sempur, banyak terdapat warung- warung kecil yang menyediakan masakan beraneka ragam.