Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Keanehan Perilaku Pak Bos (Episode 3)

30 April 2019   06:10 Diperbarui: 30 April 2019   06:51 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin, untuk yang ketujuh kalinya dalam satu bulan terakhir ini, Catur di Tilpun oleh CEO kantornya, Pak Markus Susilo, kalau di tilpun sih sebenarnya sering, tapi ini jam sebelas malam, kalau masalah kerjaan masih bisa sebenarnya besok pagi.

Catur masih membutuhkan waktu lima jam lagi untuk membuka kelopak matanya, sangat berat sekali, yang ia ragukan paling Pak Markus sama seperti malam-malam sebelumnya, hanya pengen ngobrol, dan itu tidak ada sangkut pautnya dengan kerjaan, itu yang membuat dirinya malas untuk mengangkat tilpunnya.

Tanpa sedikitpun rasa ikhlas, Catur tepiskan guling yang di peluknya untuk mengangkat tilpun untuk kali ke lima berdering.

"Ya, Pak."

"Maaf membangunkan kamu malam-malam?"

"Ngak, apa pak, ada apa pak."

"Besok temani saya joging di sempur jam enam ya?"

"Eh,...Iya, pak."

Hanya itu pembicaraan ditelpun, dan dari seberang sana langsung mematikan hand Phone, Catur duduk termenung di sisi tempat tidur, ia bigung dengan CEO satu-satunya di kantornya, sudah dua minggu ini, membuat hal-hal yang aneh menurut nalurinya, dia teringat akan kejadian tadi sore sebelum pulang kerja, Kang Ilos office  Boy di kantor menghapirinya.

"Bapak, dipanggil pak bos keruangan."

"Kapan."

"Sekarang pak, ditunggu diruangan beliau."

Dengan rasa sedikit malas Catur, beranjak dari tempat duduknya, padahal di benaknya sudah semangat, sepuluh menit lagi waktu normal untuk pulang kantor telah tiba.

"Tok....Tok...., dengan dua kali ketukan di depan pintu ruang kerja bos, Catur menghentikannya, karena terdengar suara yang memerintahkan masuk, dari dalam ruangan.

"Bapak, memanggil saya?"

"Ia, silahkan duduk dulu." Kata bos, sambal mengangkat tilpun dan memencet dua digit di nomor telpon.

"Buatkan saya kopi susu, seperti biasa, eh...sebentar.....Catur minum apa?"

"Sudah pak, saya baru selesai minum tadi,"

"Maaf, memanggil kamu, sudah mau pulang ya, kata bos, seraya melihat ke jam dinding di tembok sebelah kanan ruangan beliau, dan meletakkan ganggang tilpun.

"Ngak, apa pak,"

"Begini, saya minta mulai besok, disamping kamu tetap melaksanakan tugas pokokmu, kamu ke tiga rumah sakit untuk berkenalan dengan PIC yang biasa mengurus cetakan sekaligus, minta aprovel dari dami yang sudah selesai, setelah dari sana kamu langsung ke pemda temui bagian umum, kenalan sekaligus minta persetujuan cetakan yang mereka buat," jelas bos

"Ia, pak."

"Kamu sendiri saja besok, saya tidak menemai, saya hanya melihat keadaan di kantor saja,"

"Ia, pak."

Bersamaan itu, terdengar suara pintu di ketuk dan langsung pintu terbuka, terlihat Kang Ilos, dengan membawa nampan dan segelas kopi susu.

Setelah meletakkan kopi susu di depan bos, kang ilos berdiri dan berkata

"Ada yang lain, pak ?"

"Tidak ada, terima kasih kopi susunya."

"Terima kasih pak, permisi." Kata Ilos dan pergi keluar ruangan

"Saya memanggil kamu hanya itu Catur, ada hal yang ingin kamu tanyakan ?"

"Tidak ada, pak."

Hening sejenak, yang terdengar hanya detak suara jam dinding berbunyi sebanyak lima kali.

"Pas jam lima, sudah waktunya kamu pulang," kata si bos

"Baik pak, terima kasih," kata Catur sambal berdiri dan menuju pintu keluar.

Ya, kejadian tadi sore masih tergiang di kepala Catur, dikejutkan lagi dengan tilpun barusan, si bos minta di temani joging di lapangan Sempur, selama lima belas tahun dia bekerja disini, belum pernah si bos mengajaknya untuk berolah raga dan belum pernah juga dia melihat bosnya berolah raga, dia rebahkan kepalanya dibantal sambal terus mengingat kejadian-kejadian aneh yang dibuat bosnya dalam dua minggu terakhir ini.

Lamunanya melayang kembali ke lima belas tahun yang lalu, saat dia baru menginjakan kaki di perusahaan ini, sesuai dengan pendidikannya dia di tempatkan di bagian designer, waktu itu perusahaan ini belum begitu maju seperti sekarang ini, pegawai saja baru tujuh orang termasuk si bos, ini perusaan pribadi, bergerak di bidang percetakan dan advertising.

Kantornya dulu masih menyewa disebuah ruko, sekarang kantor sudah milik sendiri, dengan luas sekitar 1,5 hektar posisi sangat strategis, sudah memiliki tiga puluh lima orang pegawai, kendaraan operasional sudah empat buah, perusahaan yang berkembang pesat dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.

Si bos memiliki seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil, yang besar Sekolah Menengah Pertama kelas 2 dan yang kecil kelas 4 Sekolah Dasar.

Istri seorang Jawa tulen, ibu rumah tangga, yang masih sangat belia usia baru tiga puluh tahun.

Catur tetap menerawang, seraya memejamkan mata, kini dia tidur dengan lelap.

Edtri,30042019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun