Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sebuah Nalar

4 Maret 2019   16:51 Diperbarui: 5 Maret 2019   01:49 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kalau cinta sudah melekat, tai kucing rasa coklat

 ini adalah syair lagu almarhum Gombloh, sangat terkenal, dan sekarang ini mulai terkenal lagi, bukan karena lagunya, tapi karena terlalu mencintai akan sesuatu, walau mereka tau sesuatu yang mereka cintai itu salah.

Tuhan Yang Maha Esa, menciptakan manusia dengan berbagai macam kelebihan, manusia ciptaan Nya yang paling sempurna, karena manusia diberi akal pikiran, sebagai alat untuk berfikir, mengetahui dan nalar.

Ilmu filsafat mengatakan nalar sebagai instrument yang mampu membawa setiap indipidu kepada kebajikan. Kaidah-kaidah nalar bisa termasuk dalam bidang filsafat dan psikologi.

Nalar bisa berfungsi sebagai proses yang cermat serta menyeluruh, dalam mempertimbangkan segala sesuatu masalah, untuk di proses kedalam penyelesaian masalah, logikanya begitu masalah telah dipecahkan, solusi itu disimpan dalam ingatan sehingga bisa digunakan kembali untuk masalah serupa bila perlu, jadi nalar merupakan sarana untuk meningkatkan kemampuan kita bertahan hidup di dalam lingkungan yang penuh tantangan.

Ada juga yang berpendapat nalar merupakan fasilitator dari pada inisiator, manusia menggunakan nalar untuk mendapatkan apa yang dia mau, bukan untuk menentukan apa yang dia mau, yang menentukan dan mendorong kita untuk mencari makan bila kita lapar, yang menentukan dan mendorong kita untuk mencari kekuasaan, yang menentukan dan mendorong kita untuk mencari jabatan, atau apalah.

Apabila kesemua itu susah dia dapatkan maka nalar akan membantu kita mendapatkan apa yang kita mau, inilah yang menentukan seseorang yang bermain dengan nalar dan tidak menggunakan nalar.

Masalah muncul sekarang apakah seseorang menggunakan nalarnya dengan baik dan benar.

Seseorang yang dulu bilang ini goblok, ini jelek, ini ngak bisa apa-apa, saat dia lapar, atau saat dia tidak punya jabatan, atau saat dia haus kekuasaan, dia akan berbalik 180 derajat mengatakan, ini cakep, ini orang yang paling pintar, ini orang yang paling hebat, ini lah nalar, orang lain tidak bisa mempengaruhi, apapun yang kita sampaikan misal kita ulang-ulang atau kita putar kembali apa yang pernah diucapkannya, itu akan sia-sia.

Bahkan sesuatu yang pasti dan tidak bisa dirubahpun, akan mereka rubah, untuk sebuah nalar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun