"Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa-peristiwa yang akan mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati, mungkin engkau mampu melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau binasa karenanya. Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri bersama Allah, sedangkan engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab, surga dan neraka. Dan dari sekian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat kepada mu, dan tinggalkanlah lainnya."Â Tulisan ini dalam Bahasa Arab, yang di tulis sendiri oleh KH. Ahmad Dahlan, yang beliau tujukan untuk diri beliau sendiri
Sebagai seorang pelajar pada Sekolah Dasar Muhammadiyah Samarinda, saya tidak asing dengan ini, karena tulisan ini terpampang di Lantai II, dimana saya menuntut ilmu dari kelas I sampai dengan kelas VI.
Adalah seorang Kiai Haji Ahmad Dahlan, seorang Pahlawan Kemerdekaan Indonesia, sang penggagas lahirnya Perserikatan Muhammadiyah, yang di lahirkan di Kampung Kauman Yogjakarta pada tanggal  1 Agustus 1868.
Muhammad Darwisyi ( Nama KH Ahmad Dahlan) dilahirkan dari kedua orang tua yang taat beragama, Â ayahnya KH Abu Bakar, Imam Khatib Masjid Besar Kesultanan Yogjakarta dan Ibunya Nyai Abu Bakar (anak dari H. Ibrahim Hoold penghulu Yogjakarta). Beliau juga masih keturunan ke 12 dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang wali, dari Wali Songo.
KH Ahmad Dahlan hidup dan dididik dalam lingkungan pasantren, beliau melaksanakan ibadah haji ketika berusia 15 Tahun, yang dilanjutkan dengan menuntut ilmu dan belajar di Makkah.
Setelah 5 tahun belajar di Makkah, tepat di usia 20 tahun beliau kembali ke Tanah air, dan disinilah beliau berganti nama dari Muhammad Darwisyi menjadi Haji Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1902-1904, KH Ahmad Dahlan kembali menunaikan ibadah haji yang kedua, dan melanjutkan menuntut ilmu di Makkah, sepulang dari Makkah beliau menikah dengan Siti Walidah, dari silsilahnya adalah sepupu KH Ahmad Dahlan sendiri. Yang di kenal dengan Nyai Ahmad Dahlan pendiri Aisyiyah.
KH Ahmad Dahlan meninggal pada tanggal 23 Februari 1923. Dengan ucapan terima kasih atas jasa yang telah kiai berikan kepada saya dan kami semua, semoga Allah mengampuni dosa Kiai dan kita berkumpul di surganya bersama Nabi Muhammad SAW. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H