Seorang nelayan di pantai Pamengpeuk sangat kesulitan menarik kapal kecilnya, pada tanggal 26 Desember 2004, kami yang saat itu lagi bermain bola di pantai, secara spontanitas menolong sang nelayan, berjumlah 11 orang bersama sang nelayan, kami menarik perahu tersebut, beberapa kawan terluka kakinta terkena batu, akibat menahan perahu agar tidak lepas dan tidak hanyut, sekitar 15 menit, kami berhasil menambatkan perahu si nelayan. Dengan ucapan terima kasih kepada kami bersepuluh, sang nelayan berkata, selama saya jadi nelayan, baru kali ini seperti ini, gelombang deras dan sangat kencang.
Tetapi betapa terkejutnya sesampai di penginapan, ternyata gelombang yang kencang tadi di pantai karena imbas dari "Tsunami" di Aceh.
Kejadian ini tidak akan terlupakan di benak kami saat itu, dan saat ini saya berada di      "Aceh Tsunami Museum", melihat gambaran betapa dahsyatnya kejadian itu.
Sebanyak 227.898 orang yang tercatat meninggal dunia dalam musibah besar ini menurut US Geological Survey.
Beberapa kali menginjakan kaki ke Aceh, selalu tidak sempat untuk melihat museum tsunami, dan tempat-tempat lain peninggalan tsunami, bersyukur saat ini bisa melihat, diaroma dan sisa-sisa dari dahsyatnya musibah ini, walau dari film yang ada banyak yang tidak dilihatkan, terutama kondisi korban yang ada, untuk menjaga perasaan duka dari warga Aceh khususnya keluarga para korban.
Adalah seorang Ridwan Kamil yang sekarang sebagai Gubernur Jawa Barat, yang merancang Museum Tsunami Aceh, museum berdiri diatas lahan seluas 2.500 M, pembangunan dimulai pada tahun 2007, dengan total anggaran yang di gunakan sebesar 140 milyar rupiah dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 Februari 2009.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H