Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Trip

Candi Cangkuang yang tetap Menawan

28 Januari 2019   11:11 Diperbarui: 28 Januari 2019   11:24 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SALAM PETUALANG

 

Candi Cangkuang merupakan candi Hindu yang bisa dilihat di Kampung Pulo, Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut. Ini pertama kali ditemukan tahun 1966 oleh tim peneliti yang salah satunya bernama Uka Tjandrasasmita. Penelitian ini dilakukan berdasarkan laporan dalam buku sejarah mengenai adanya arca Siwa dan makam Muslim di bukit Kampung Pulo.

"Di Cangkuang itu ada sebuah arca Siwa dan makam Arif Muhammad, tidak menjelaskan adanya candi. Lalu Uka Tjandrasasmita curiga ada apa gerangan. Karena kalau ada nama Muhammad sudah jelas nama Muslim, sedangkan Siwa nama dewa dalam agama Hindu.

Setelah digali, ditemukan fondasi berukuran 4,5x4,5 meter dan puing-puing candi yang berserakan. Tidak ada keterangan jelas siapa atau kerajaan apa yang membangun candi, tapi dilihat dari batuannya dan kesederhanaan bentuk, Candi cangkuang diperkirakan didirikan pada abad ke-8.

"Tidak diketahui candi ini peninggalan siapa. Kata mang gettek yang membawa kami menyeberang.Batuan yang ditemukan tersebut kemudian dikumpulkan, tapi hanya 40% puing candi yang terkumpul. Akhirnya, candi tetap dipugar dengan puing yang ada ditambah batu yang dicetak agar mirip dengan perkiraan bentuk aslinya.

"Yang terkumpul hanya 40% saja tapi mewakili seluruh bangunan candi. Dengan berbagai pertimbangan, Candi Cangkuang dipugar tahun 1974-1976 tapi yang aslinya 40%. Yang 60% dicetak di wilayah ini sehinggga kelihatan bentuknya yang asli," kata si mamang getek.

Setelah selesai dipugar, jadilah Candi Cangkuang dengan ukuran 4x18x8 meter. Arca Siwa yang sebelumnya telah ditemukan di simpan di dalam candi. Nama candi juga diambil sesuai nama daerah setempat.

"Setelah selesai, diberi nama Candi Cangkuang sesuai nama tempat ditemukan. Nama cangkuang diambil dari nama pohon pandan," ucapnya.

Hingga kini, Candi Cangkuang masih berdiri tegak di sebelah makam Arif Muhammad di Kampung Pulo dan sudah menjadi kawasan cagar budaya. Keberadaan candi Hindu dan makam Muslim yang bersebelahan ini juga menggambarkan keharmonisan umat beragama penduduk setempat.

* Sumber data wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun