Setiap Kamis siang, sebuah tradisi yang kaya akan nilai spiritual dan sosial dilaksanakan oleh komunitas ibu-ibu di Desa Kuala Pusung Kapal. Pengajian mingguan ini bukan sekadar rutinitas keagamaan, melainkan sebuah wadah yang mempertemukan nilai-nilai Islami dengan kearifan lokal dalam balutan kesederhanaan dan kehangatan kekeluargaan. Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, pengajian ini menjadi oase yang menenangkan, di mana setiap peserta menemukan kebersamaan, ketenangan batin, dan penguatan iman.
Rangkaian acara dimulai dengan pembacaan Yasin, Takhtim, dan Tahlil yang dipimpin oleh Pak Da'i, seorang tokoh agama yang sangat dihormati di desa ini. Suara lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an mengalun lembut, memenuhi setiap sudut ruangan dengan kedamaian. Ibu-ibu yang hadir mengikuti dengan khusyuk, larut dalam suasana yang sakral. Di balik lantunan tersebut, terselip harapan dan doa yang tulus untuk keluarga, masyarakat, dan negeri ini. Setiap kata yang terucap seolah menjadi medium yang menghubungkan antara mereka dan Sang Pencipta.
Doa yang dipanjatkan oleh Pak Da'i menjadi puncak dari bagian pertama acara ini. Dengan suara yang tenang dan penuh keyakinan, ia memohonkan keberkahan, perlindungan, dan keselamatan bagi seluruh hadirin. Doa-doa ini tidak hanya mencerminkan keinginan pribadi, tetapi juga harapan bersama akan kehidupan yang lebih baik. Dalam doa-doa tersebut, tersirat rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan, serta permohonan ampunan atas segala khilaf dan dosa.
Setelah doa, acara dilanjutkan dengan ceramah atau tausiah singkat yang disampaikan oleh Pak Da'i. Materi ceramah selalu disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi oleh masyarakat. Terkadang, ceramah tersebut membahas tentang pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antarwarga, adakalanya tentang pentingnya mendidik anak dalam ajaran Islam, atau bahkan tentang tantangan yang dihadapi umat Islam di era modern ini. Pak Da'i dengan bijaksana mampu menyampaikan pesan-pesan agama dalam bahasa yang mudah dipahami, sehingga setiap orang yang hadir dapat mencerna dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Keberadaan pengajian ini tidak hanya memberikan manfaat spiritual, tetapi juga mempererat hubungan sosial antarwarga. Tradisi bergiliran tempat pelaksanaan pengajian dari satu rumah ke rumah lainnya menjadi simbol kuatnya kebersamaan dan saling peduli di antara warga. Setiap tuan rumah selalu berusaha memberikan yang terbaik, bukan dalam hal kemewahan, tetapi dalam hal keikhlasan dan keramahan. Ibu-ibu yang hadir tidak hanya datang untuk beribadah, tetapi juga untuk berbagi cerita, saling memberikan dukungan, dan mempererat silaturahmi.
Pengajian ini juga menjadi ajang di mana kearifan lokal dan nilai-nilai Islam bertemu dalam harmoni. Meskipun dilakukan dengan sederhana, pengajian ini sarat akan makna dan tradisi yang sudah turun-temurun. Nilai-nilai gotong royong, saling menghormati, dan saling membantu yang menjadi ciri khas masyarakat Melayu terintegrasi dengan kuat dalam setiap kegiatan pengajian. Hal ini menjadikan pengajian mingguan ini sebagai refleksi nyata dari bagaimana Islam diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di Desa Kuala Pusung Kapal.
Refleksi dari kegiatan pengajian ini menunjukkan bahwa spiritualitas dan kebersamaan memiliki peran penting dalam membangun ketahanan sosial masyarakat. Di tengah perkembangan zaman yang semakin materialistis, kegiatan ini menjadi semacam perlawanan terhadap individualisme yang merusak. Ibu-ibu yang berpartisipasi dalam pengajian ini mendapatkan kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup melalui kebersamaan dan dukungan sosial. Mereka tidak hanya dikuatkan dalam hal spiritual, tetapi juga dalam aspek sosial dan emosional.
Pada akhirnya, pengajian mingguan ini bukan sekadar ritual keagamaan rutin, tetapi sebuah institusi sosial yang memperkokoh fondasi masyarakat. Ia menjadi ruang di mana setiap peserta bisa menguatkan keimanan, mempererat silaturahmi, dan menjaga kearifan lokal yang sudah diwariskan secara turun-temurun. Pengajian ini adalah contoh nyata dari bagaimana nilai-nilai Islam dapat diintegrasikan dengan kehidupan sehari-hari tanpa kehilangan esensinya, bahkan memperkaya budaya dan tradisi lokal.
Kesederhanaan dan kehangatan yang terpancar dari setiap pelaksanaan pengajian ini juga mengajarkan bahwa kebahagiaan dan keberkahan hidup tidak selalu harus diraih melalui hal-hal besar atau materi. Justru, melalui kebersamaan dalam beribadah dan saling mendukung di antara warga, nilai-nilai yang lebih mendalam dapat dirasakan. Pengajian ini telah menjadi cermin bagi masyarakat Desa Kuala Pusung Kapal, bahwa di tengah kesederhanaan, ada kekayaan spiritual dan sosial yang luar biasa yang patut dipertahankan dan dilestarikan.
Dengan demikian, kegiatan pengajian mingguan ibu-ibu ini memberikan banyak pelajaran penting bagi semua yang terlibat. Ia mengajarkan pentingnya spiritualitas, kebersamaan, dan pelestarian tradisi dalam membentuk masyarakat yang kuat dan harmonis. Di masa depan, kegiatan ini diharapkan dapat terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya untuk tetap menjaga dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan.
Penulis: Sarah Amelia, IAIN Langsa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H