Mohon tunggu...
Lampu yang terang
Lampu yang terang Mohon Tunggu... -

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

"Perlu Adanya Evaluasi"

8 Februari 2015   15:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:36 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sejatinya perjalanan hidup hanyalah perpindahan dari waktu ke waktu yang selanjutnya. kita tidak mempunyai kekuasaan untuk menghindar dari hal tersebut. manusia hanya menjalani dari apa yang telah di takdirkan oleh-NYA. semua telah di atur dan di beri jalan masing-masing. telah di tunjukkan mana jalan yang baik dan mana pula jalan yang menyimpang. semua sudah jelas di depan mata. tinggal manusia yang menentukan untuk memilih.

Apakah akan memilih jalan yang lurus dalam artian baik, atau juga malah sebaliknya dengan memilih jalan yang menyimpang yang dapat juga di artikan sebagai jalan yang tidak baik. keadilan-NYA telah mengantarkan manusia pada tempatnya masing-masing. baik tempat yang bagus ataupun tempat yang buruk. dimanapun kita berada saat ini, itu merupakan tempat yang telah di berikan oleh-NYA dengan sifat maha adil-NYA. sifat yang tepat untuk menyikapi semua itu menurut saya adalah dengan mensyukurinya. karena bersyukur adalah kekuatan. kekuatan untuk menerima dengan lagawa atas apa yang ada pada kita.

"apa bila kamu bersyukur atas nikmat yang aku berikan kepadamu (manusia), niscaya akan aku tambah nikmat tersebut" (ibrahim/08). demikian firman-NYA kaitannya dengan syukur. walau sudah tampak begitu jelas jalannya, namun juga tidak sedikit yang tidak bisa melewatinya dengan jalan yang mulus. begitulah manusia. katika syukur sudah di perintahkan dengan jelas dan sebenarnya untuk kebaikan manusia itu sendiri, masih saja yang enggan untuk sekedar bersyukur atas nikmat yang ada. lagi-lagi manusia kembali pada kelalaiannya.

ketika sedang berada dalam suatu ujian, manusia senantiasa bermunajad dengan ke-khusyu'an dan me-melas diri. memohon dengan hari nurani yang paling dalam. tekun dalam melakukan ibadah. berusaha mendekatkan diri pada yang memberi ujian dengan se-dekat dekatnya. pada saat yang seperti ini, manusia benar-benar merealisasikan apa yang di maksud dengan nilai-nilai ketaatan.

namun, ketika ujian sudah berakhir, susah-pun sirna, sedih-pun usai, dan senang-pun datang menjemput. manusia mulai melupakan yang telah memberikan kesenangan. melupakan-NYA yang telah menggantikan susah menjadi senang, sedih menjadi gembira dan buruk menjadi baik. lalu mulai meninggalkan kekhusyu'an kala bermunajad. munajad-munajad malam berganti dengan kesenangan belaka. mulai kendor-lah tali-tali ibadah yang sebelumnya ia tali dengan amat kencang ketika dalam keadaan di uji. lagi-lagi manusia kembali pada kelalaiannya.

begitulah perjalanan dalam hidup manusia. hanya pergantian dari satu waktu pada waktu yang selanjutnya. hanya pergantian dan suatu keadaan pada keadaaan yang selanjutnya. banyak keadaan yang telah di jalani dalam waktu. dari keadaan yang baik, berubah menjadi buruk, kembali menjadi baik lagi dan begitupun selanjutnya. kumpulan dari semua perjalanan itu akan menambahkan pengalaman pada diri kita. akan menambahkan khasanah keilmuan bagi mereka yang mau belajar dan mempelajarinya. dan pada kahirnya, akan menjadikan diri kita menjadi lebih bijak dalam menghadapi suatu masalah.

dalam melewati perjalanan panjang jalan hidup, perlu adanya evalasi. introspeksi diri. menambahkan hal yang kurang dan mengurangi hal yang memang benar-benar dirasa berlebihan. memperbaiki sesuatu yang sebelumnya belum bisa baik atau mungkin malah tidak bisa baik. jika memang dirasa susah atau sukar, setidaknya telah ada usaha. setidaknya kita telah ada niatan dalam hati kita untuk melakukan perbaikan.

dalam proses perbaikan pada evaluasi, tidak bisa di lakukan secara sendiri. di perlukan adanya teman untuk sekedar di tanya. kita membutuhkan teman untuk di tanya perihal baik buruknya kita. karena yang menilai kita adalah orang lain, bukan diri kita. kita tidak bisa menilai diri kita sendiri, maka perlulah adanya teman sebagai tempat kita untuk bertanya.

mungkin bisa saling mengingatkan. saling mengoreksi dan saling memberikan masukan. baik masukan berupa kritik ataupun saran. tentunya semua adalah masukan yang membangun untuk melakukan perbaikan. begitupun juga dengan saya. dalam melakukan evaluasi perbaikan, tidak jarang saya bertanya pada teman kaitannya dengan baik buruknya saya. tidak baiknya dimana dan kiranya masukan apa yang perlu untuk memperbaiki.

seperti pada kemarin pagi (27/01), saya mencoba menghubungi salah satu teman saya waktu dulu SMA di sumatra melalui pesan. dengan niatan agar silaturahmi tidak terputus, saya mencoba menghubungi terlebih dahulu untuk sekedar menanyakan kabar. bagi saya tidak masalah memulai dahulu asalkan untuk hal yang baik. setelah bercakap agak panjang dalam pesan, dia memulai untuk meminta maaf karena dulu pernah mengucapkan hal yang tidak baik pada saya, tanpa sepengetahuan saya tentunya. ketika saya tanya kenapa dia melakukan hal demikian pada saya, dia menjelaskan bagaimana keburukan saya sehingga dia berlaku seperti itu. begini tulisannya dalam pesan ketika menjelaskan ke-tidakbaikan-nya saya waktu itu :) dengan menggunakan bahasa palembang pedesaan di tambah nada yang sebal :), kata-katanya begini:

"Kk dlu th yah super cuek,
kalo dipanggil pura* budek,
isss sebel niand ak!
Apo lg muka datar kk it,
tanpa ekspresi isss*
geramm al**!
Mato kk th nyingok cag dag suko"

saya tertawa secil sembari menggelang-gelengkan kepala spontanitas ketika membaca pesan balasan tersebut. dalam hati saya berkata "" segitu-nya kah saya waktu SMA dulu? ya sudah tidak apa-apa, itu kan dulu! dan insya Allah sekarang dan selanjutnya tidak begitu, saya akan berusaha untuk menjadi lebih baik" :)

begitulah secuil cerita evaluasi saya. walau hanya sedikit semoga ada kebaikan yang bisa di ambil dan mampu mendatangkan manfaat tentunya. evaluasi tidak bisa di lakukan secara sendiri. evaluasi memang membutuhkan teman untuk bertanya. seperti yang di kemukakan oleh Emile Dhurkeim yang di kutip oleh Robert M.Z Lawang (1985: 63) bahwa manusia adalah mahkluk sosial. manusia membutuhkan manusia lain. manusia tidak bisa hidup sendiri. begitu juga dalam melakukan perbaikan diri. perlu adanya evaluasi. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun