Mohon tunggu...
Misas Muchlas
Misas Muchlas Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Teknologi, Suka membaca malas menulis. motto: Bola adalah teman...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenal Dr. Mun'im, Dokter Forensik yang Paling Jujur, setahu Saya

27 September 2013   12:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:19 2962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_291092" align="aligncenter" width="576" caption="Foto beliau belum lama ini"][/caption]

“Papa Im meninggal,” itulah kalimat yang membangunkan saya pagi ini.

Akhirnya satu-satunya saksi ahli yang berani menungkap kebenaran di balik kasus matinya Marsinah meninggal. Setelah melalui perjuangan singkat selama 23 hari melawan kanker pankreas danmenjalani operasi besar beberapa hari yang lalu, Dr. Mun’im Idris meninggal di umur 66 tahun. Sebenarnya bukan hanya kanker Pankreas yang memicu menurunnya kondisi beliau, tetapi juga penyakit diabetes yang 10 tahun sudah menghantuinya membuat daya tahan Papa Im menurun setelah menjalani operasi selama 6 jam.

Tak banyak kenangan saya dengan beliau, seperti dokter ahli forensik RSCM lainnya, uwak saya yang satu ini sangat sibuk dan nyaris jarang terdengar kabarnya di lingkungan keluarga. Selain di acara keluarga besar, saya hanya sempat beberapa kali melihat beliau, itu pun dari acara televisi.

[caption id="attachment_291093" align="aligncenter" width="333" caption="Papa Munim bersama mama Kris"]

13802575461783307001
13802575461783307001
[/caption]

Mungkin tak banyak orang yang kenal Dr. Mun’im, tetapi di bidangnya, di dunia kedokteran dan ilmu forensik, nama beliau sudah jadi legenda. Bagaimana tidak? Di jaman Orba, hanya beliaulah yang berani dengan lantang mengatakan bahwa Marsinah meninggal bukan karena dianiaya, tapi mati akibat tembakan. Karena pernyataan beliau ini, muncul isu bahwa sebenarnya Marsinah bukan dibunuh oleh bosnya dari PT Catur Putra Surya tetapi dibungkam karena dianggap telah memicu pergerakan buruh yang bisa mengancam posisi pemimpin kala itu, karena seperti yang kita tahu bahwa di jaman orba, akses senjata api hanya dimiliki oleh pihak militer. Tak menghiraukan ancaman para “assasin orde baru, Papa Im  setia dengan sumpah dokternya, dan tetap menjunjung tinggi kebenaran dan memberi kesaksian berdasarkan ilmu pengetahuan.

Dengan keahlian dan pengalaman yang beliau miliki, Papa Im sudah membantu polisi dalam banyak kasus pembunuhan, kasus Ryan sang penjagal dan penelitian atas pembunuhan aktivis Munir juga ada di antaranya. Menurut cerita yang saya dapatkan, semasa beliau mengabdi, semua hasil otopsi yang beliau tangani tak ada yang berani memanipulasinya sedikitpun. Dr. Mun’im bertekad bahwa selama masa pengabdiannya, beliau tidak akan mengubah fakta dari hasil kerjanya, biar ditodong pistol sekalipun.

Dengan menelusuri kebenaran lewat tubuh kaku, kita bisa menyelamatkan banyak hati dari kesedihan dan dendam,”

Kini beliau telah tiada. Tak saya sangka, posting pertama saya di Kompasiana justru berisi kabar duka seperti ini. Jasad beliau hari ini dikebumikan di TPU Menteng Pulo. Semoga Allah membalas segala pengabdian dan memberikan tempat yang paling baik di sisi-Nya dan semoga bibit-bibit baru yang memiliki semangat seperti beliau bermunculan di Indonesia.

foto: Grup Keluarga Besar Syuhaemi

blog Dr. Mun'im

Video beliau di salah satu acara televisi,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun