Penulis : IRSAN
Perjalanan menuju Desa Santigi di utara Parigi Moutong dimulai di suatu sore yang penuh harapan. Saya berangkat seorang diri, menyusuri jalan-jalan yang terkadang hanya berbatu dan berliku. Terasa asing, tetapi di setiap lekukan dan turunan, ada bisikan harapan yang mengiringi langkah saya.Â
Di balik perjalanan ini, saya membawa visi perubahan dari pasangan calon pemimpin yang bertekad untuk mendekatkan pelayanan publik ke masyarakat paslon Bersinar, yang digawangi M. Nizar Rahmatu dan Ardi.
Masyarakat Parigi Moutong memang tersebar di wilayah yang panjang, dan mereka yang tinggal di desa-desa seperti desa Santigi sering kali harus menempuh perjalanan berjam-jam menuju Parigi, ibu kota kabupaten, untuk mengurus administrasi atau mendapatkan layanan kesehatan.
 Bagi sebagian besar warga, ini adalah beban tersendiri, terutama mereka yang hidup dari hasil pertanian atau berdagang kecil-kecilan. Dalam perjalanan ini, saya membawa pesan dari paslon Bersinar yang memiliki program konkret untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut.
Di Kios Pisang Desa Santigi, Berawal Sebuah Percakapan
Saya tiba di Desa Santigi saat matahari sudah condong ke barat. Berhenti sejenak di sebuah kios kecil yang menjual pisang, saya mengamati sekeliling. Di sinilah tempat beberapa warga biasa berkumpul, bercengkerama sambil menikmati pisang goreng atau sekadar melepas penat. Saya disambut hangat oleh beberapa warga yang tampaknya penasaran dengan kehadiran saya.Â
Di bawah naungan kios sederhana itu, saya mulai bercerita tentang maksud kedatangan saya: memperkenalkan program paslon Bersinar, yang ingin mendekatkan pelayanan kepada masyarakat desa seperti Santigi.
Obrolan di kios ini segera mengalir pada keluhan-keluhan yang sudah akrab di telinga mereka. Salah satu masalah yang paling banyak dikeluhkan adalah kesulitan mengurus dokumen kependudukan. Hanya untuk membuat KTP, Kartu Keluarga, atau Akta Kelahiran, mereka harus mengeluarkan biaya perjalanan yang cukup besar. Belum lagi waktu yang dihabiskan untuk perjalanan bolak-balik ke Parigi. Bagi warga yang penghasilannya terbatas, ini adalah beban besar yang membuat mereka berharap ada cara yang lebih mudah dan cepat.
Dalam senyum yang tertahan, mereka berbicara tentang harapan akan perubahan. "Apakah mungkin semua ini bisa lebih sederhana?" pertanyaan semacam itu bergema di antara percakapan kami. Mereka mendambakan kemudahan, sesuatu yang belum pernah dirasakan, namun tetap mereka harapkan dengan setia.
Program Bunga Desa: Menghadirkan Pelayanan di Depan Rumah
Saya kemudian mulai bercerita tentang program unggulan Bersinar, Bunga Desa singkatan dari Bupati Ngantor di Desa. Program ini menawarkan solusi konkret bagi masalah yang mereka hadapi. Jika paslon Bersinar dipercaya memimpin Parigi Moutong, mereka berkomitmen untuk membawa layanan publik ke desa-desa melalui kantor pelayanan bergerak. Program Bunga Desa ini bertujuan agar warga bisa mengurus dokumen kependudukan langsung di desa atau kecamatan terdekat tanpa harus ke ibu kota kabupaten.
Saya melihat wajah-wajah mereka mulai berbinar mendengar gagasan ini. Bagi mereka, program ini lebih dari sekadar janji politik; ini adalah harapan untuk kehidupan yang lebih mudah dan lebih nyaman. Dengan adanya layanan yang lebih dekat, mereka tak perlu lagi meninggalkan pekerjaan atau mengeluarkan biaya besar hanya untuk administrasi dasar.
Pelayanan Kesehatan yang Dekat dan Mudah Diakses
Selain masalah administrasi, kesehatan menjadi isu penting lainnya. Warga sering kali mengeluhkan sulitnya akses kesehatan yang memadai. Jarak yang jauh dan biaya transportasi membuat mereka berpikir dua kali untuk ke rumah sakit. Ada perasaan putus asa ketika harus memilih antara kesehatan dan biaya hidup sehari-hari.
Saya menjelaskan bahwa paslon Bersinar memiliki rencana besar untuk bidang kesehatan. Mereka berencana menjadikan Rumah Sakit Moutong sebagai rumah sakit rujukan dengan fasilitas lengkap. Selain itu, Bersinar juga berkomitmen menyediakan ambulans gratis bagi warga yang membutuhkan.Â
Ini bukan sekadar layanan, tetapi solusi bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan atau biaya transportasi. Selain itu, program mereka juga mencakup pemberian uang saku bagi pasien yang harus menjalani perawatan, sebagai bentuk kepedulian agar warga dapat menjalani pengobatan tanpa rasa cemas.
Mendengar program ini, warga di kios itu tersenyum lebar. Ada seberkas harapan yang menghapus keraguan di wajah mereka, seolah mereka bisa membayangkan masa depan di mana mereka tak perlu lagi memikirkan biaya perjalanan ketika membutuhkan perawatan medis.
Menutup Perjalanan dengan Asa
Sore itu, di bawah atap sederhana kios pisang Desa Santigi, saya menyaksikan senyum dan rasa optimisme di wajah-wajah warga yang sebelumnya tampak lelah. Bagi mereka, Bersinar adalah harapan akan hidup yang lebih mudah, layanan yang lebih dekat, dan perhatian yang lebih nyata dari pemerintah daerah.
Perjalanan saya seorang diri ke Santigi mungkin hanya satu langkah kecil, tetapi dari sini, saya percaya perubahan besar bisa dimulai. Kios kecil ini mungkin sederhana, tetapi di sinilah impian akan Parigi Moutong yang lebih baik dan bersinar mulai tumbuh. Suatu hari nanti, ketika semua janji ini terwujud, kios pisang ini akan menjadi saksi bahwa asa dan perjuangan masyarakat Parigi Moutong tidaklah sia-sia.
Dengan semangat dan harapan itu, saya meninggalkan Desa Santigi, membawa serta doa dan kepercayaan mereka, dan yakin bahwa suatu hari nanti Parigi Moutong benar-benar akan bersinar.
Penulis adalah relawan yang tidak terintegrasi ke tim pemenangan melainkan bergerak dengan semangat dan kepercayaan pada program program yang di tawarkan paslon bersinar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H