Indonesia menurut wisatawan asing adalah negara yang layak dikunjungi saat musim libur tiba. Selain karena pantainya yang eksotis dan iklim alam tropis banyak wisatawan asing yang merasakan keramahan dari warga indonesia. Ya, orang indonesia dikenal karena sifat ramah dan welcome kepada siapapun termasuk wisatawan asing.Â
Saking ramahnya banyak sekali cerita wisatawan asing yang betah dan ingin tinggal lebih lama, bahkan ingin berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara indonesia. Orang Indonesia yang doyan senyum dan selalu terbuka menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing , dan hal ini tidak mereka temukan di negara asal mereka.
Selain karena keramahan ada faktor lain yang membuat wisatawan asing betah di Indonesia, yaitu karena faktor aturan yang tidak terlalu ketat dan lebih bebas. Aturan yang tidak ketat bukan berarti undang-undang atau peraturan daerah lemah, yang dimaksud tidak ketat adalah aturan tidak membatasi warganya mereka dapat melakukan aktivitas yang dilarang di negara asal mereka.Â
Contoh kecilnya adalah merokok, di Indonesia orang bebas merokok dimana saja asal tidak ada larangan merokok. Tentu dengan bebas anda dapat merokok dimana saja dan kapan saja asal anda tidak kehabisan stok rokok dan korek. Dinegara asalnya wisatawan asing dihadapkan dengan aturan merokok yang ketat, salah tempat merokok bisa kena denda atau lebih parahnya pidana penjara.
Walaupun diakui ramah oleh wisatawan asing tentu kita setuju beberapa budaya prilaku masyarakat Indonesia bisa dibilang buruk. Seperti menyela antrian, melawan arus lalu lintas, menerobos lampu merah, parkir sembarangan dan hal lainya yang pasti kita sudah mengetahuinya atau bahkan tanpa sadar melakukanya.Â
Beda negara, beda aturan dan tentu beda juga budayanya, saya sempat mengalami fenomena "Culture Shock" saat beberapa wakktu yang lalu saya berlibur ke Singapura, dimana saya merasa gelisah dan bingung terhadap lingkungan dan budaya baru yang belum saya rasakan sebelumnya, gejala ini umum terjadi dan bukan masalah kesehatan yang sampai merusak mental dan akal sehat.
Dalam penjelasan lain Culture Shock dapat diartikan belum terbiasanya kita terhadap lingkungan atau budaya baru yang belum pernah kita rasakan di lingkungan sebelumya.Â
Sebenarnya hanya mengarah ke pola berpikir saja, jika kita lebih terbuka kepada lingkungan dan budaya baru tentu akan lebih mudah mengatasi Culture Shock.Â
Saat pesawat saya mendarat di Changi International Airport fenomena Culture Shock  langsung saya rasakan. Sejauh pandangan mata di dalam bandara tidak ada raut wajah sumringah yang sering kita jumpai di Indonesia, semua orang seperti mengurus kehidupanya sendiri.Â
Pada saat itu saya bingung dan merasa terasingkan dinegri entah berantah, namun perlahan saya menyadari memang seperti itulah karakter masyarakat negara Singapura, bagi orang awam hal seperti itu bisa dianggap sebagai kehidupan yang individualis. Namun pada kenyataanya memang seperti itu kehidupan warga singapura, mereka jarang bersosialisasi dengan berinteraksi secara langsung.Â
Mereka akan bersosialisasi saat mereka memiliki kebutuhan, keresahan atau tujuan yang sama. intinya, warga Singapura jarang basa-basi dalam sosialisasi mereka hal ini berbeda dengan indonesia yang warganya doyan basa-basi untuk bersosialisasi. Â Â Â
Baru saja hilang kebingungan itu munculah kebingungan lain yang membuat saya geleng-geleng kepala yaitu sebuah papan informasi yang berisi larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan di sepanjang jalan Singapura. Contohnya larangan merokok yang apabila melanggar maka akan terkena denda 1000 dollar Singapura atau sekitar 10 juta rupiah,Â
Wow nilai yang sangat fantastis. Kemudian ada larangan lagi yaitu dilarang makan disembarang tempat denda yang diterapkan untuk larangan ini sebesar 500 dollar Singapura atau sekitar 5 juta rupiah, sebagai seorang perokok tentu larangan seperti ini yang membuat saya langsung gelisah karena larangan ini tidak ada di Indonesia, kemudian saya melihat mobil yang tertata rapi saat parkir tidak ada yang melanggar lampu merah, semua tertib menunggu antrian untuk berjalan kembali.Â
Perbandingan budaya dan lingkungan dari Indonesia -- Singapura memberikan suatu gambaran bahawa manusia hidup dengan lingkungan dan budaya yang berbeda tergantung bagaimana konsensus disuatu wilayah disetujui dan dilaksanakan.Â
Sebenarnya tidak imbang untuk membandingkan negara seluas Indonesia dengan negara yang luasnya kalah dengan pulau Madura, namun patut kita akui bahwa singapura memang lebih baik secara aturan dan budaya kehidupan sehari-harinya daripada kita, namun kita juga patut bersyukur tinggal di negara yang tidak terlalu ketat soal aturan dan budaya sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H