Mohon tunggu...
MiRa Kusuma
MiRa Kusuma Mohon Tunggu... -

Hobby menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kata Melahirkan Duka

3 Desember 2010   11:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:03 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata lahir tersusun dalam darah
mengalir, mengikuti arus kegelapan
hati berdenyut, menembus bibir dan mulut
menuntut keadilan.

Dari tempat kelahiran yang ditinggalkan
kehadirannya semakin menjauh
tidak untuk pergi mengembara
dan mati di perantauan.

TKI, nasib hidupmu telah dipertaruhkan
yang penuh kemiskinan, bukan pilihannya
kepergiannya menjadi abu atau membatu.

Orang-orang berlalu lalang
kekuasaan datang dan pergi, silih berganti
meninggalkan duka nestapa.

Bumi pertiwi menyatu dengan air
membeku bersama kata-kata kemerdekaan
telah menjadi warisan persatuan
jiwa semangat yang menghubungkan
dengan mereka yang mati tanpa kuburan.

Ketika suasana bergetar hati gemetar
keberaniannya penuh pengorbanan
batin menjerit solidaritas kemana?
di masa kelam membias kepedihan
marilah menjalin makna kata keadilan.

Ah..bahasa manusia, yang terkumpul dalam katakata itu
membercak cahaya gelombang panjang kemunafikan,
turun-temurun kekuasaan anti rakyat diawetkan
melalui komunikasi aliran darah beracun
dibentuk dalam suasana kebisuan trauma.

Semua kumpulan kata manusia
disusun dalam kemelut kesunyian
tak ada intonasi kata kebenaran atas kematian
kasak kusuk politik di antara politisi berzinah
bahasa kebiadaban dirangkai menjadi bangsa kuli,
mulut berbicara tanpa menggerakkan bibir
tak peduli adalah kata kejahatan manusia.

MiRa - Amsterdam, 30 Nopember 2010
Sumber: http://tamanhaikumiryanti.blogspot.com/p/puisi.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun