As-Sukuut berasal dari bahasa arab Sakata-Yaskutu yang berarti Diam. Sukut atau diam berarti tidak melakukan apapa, tidak berbicara, tidak berjalan, tidak berdiri atau tidak bergerak.
Sedangkan maut atau al-maut secara bahasa adalah kepergian atau hilangnya daya dan kekuatan sesuatu. Kata al-maut juga dapat diartikan hilangnya kekuatan indra, hilangnya kekuatan akal atau kebodohan atau kesedihan yang mengeruhkan. Pada umumnya, kata al-maut menjelaskan tentang kematian dalam hal apapun atau hal yang hilang dari sesuatu.
Dalam konteks as-sukuut maut bukan berarti orang yang tidak melakukan sesuatu atau berdiam diri akan mati (meninggal dunia). Tetapi orang yang berdiam diri dan tidak melakukan apapa maka hidupnya tidak akan mengalami kemajuan, ia akan tumbuh sebagai orang yang malas dan tidak akan bermanfaat.
Orang yang berdiam diri mustahil akan mendapatkan keberkahan. Orang yang diam maka hidupnya akan stagnan bahkan lebih jauh akan mengalami ke-jumud-an.
Jumud ibarat air yang menggenang, tidak mengalir. Air yang menggenang, menjadi membahayakan orang yang ingin menggunakannya, bisa saja air tersebut terkena banyak bakteri, yang tersebar di dalam air tersebut, tentu bila dikonsumsi, akan menimbulkan masalah baru.
Seorang suami yang tidak bekerja dan tidak mau berusaha bergerak untuk mencari nafkah bagi keluarga, maka tidak akan mendapatkan kebaikan dalam hidup. Sebaliknya jika ia mau bergerak, entah sesulit apapun ia mencari, maka keberkahan akan senantiasa menghampirinya. Telah banyak cerita sejarah dari orang-orang yang tidak mau bergerak aktif dalam hidupnya. Mereka akan mengalami kemunduran, kesusahan dan keresahan, mereka mengalami kehilangan dan ini lah yang di maksud al-maut.
Orang yang bergerak aktif, maka Allah akan memudahkan baginya urusan-urusannya. Allah akan membantunya dengan kuasa yang dimiliki-Nya.
Ketika kita menyapu lantai, itu adalah suatu kebaikan karena lantai akan bersih dan orang lain akan merasa nyaman. Menyapu adalah harokah, lantai menjadi bersih merupakan kebaikan dan kebaikan ini bertambah tatkala orang lain merasa nyaman.
Ketika kita tidak mau membersihkan lantainya, maka lantai itu akan kotor. Selain tidak nyaman, lantai kotor tadi akan menjadi sumber penyakit bagi kita dan orang lain.
Ketika kita berangkat menuntut ilmu adalah harokah, menuntut ilmu adalah suatu kebaikan dan berpahala, dari ilmu yang kita dapati lalu kita amalkan maka orang lain akan merasakan manfaat dari ilmu tersebut, dan inilah keberkahan. Orang yang tidak berharokah mustahil akan mendapatkan barokah.
Ketika kita tidak mau menuntut ilmu, maka kita akan bodoh dan tidak bisa melakukan apapa karena ketidak-tahuan kita. Ketika kita tau akan suatu ilmu, namun kita tidak mau mengamalkannya. Maka kita akan lupa pada ilmu tersebut, menjadikan kita bodoh dan tidak bermanfaat bagi siapapun.