Mohon tunggu...
Mirra SriWahyuni
Mirra SriWahyuni Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Dosen Muda, di Wilayah Provinsi Bengkulu, Sumatera

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Menjadi Dosen Muda di Era Millennial, Tantangan Menghadapi Mahasiswa "Zaman Now"

24 Agustus 2019   07:00 Diperbarui: 25 Agustus 2019   11:22 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mengajar itu seperti seni, harus banyak improvisasi"

Kali ini kompasiana bakal bahas karir seseorang di bidang pendidikan, bagaimana menjadi Dosen Muda di Era millennial Menghadapi mahasiswa Zaman Now, Yuk kenalan dengan Mirra Sri Wahyuni, seorang Dosen Muda di salah satu PTS (Perguruan Tinggi Swasta) di Kota Bengkulu dan Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Sumatera Selatan.

Ada beragam tantangan yang dihadapi Mirra di era millennial saat ini. Kemajuan teknologi dan informasi menuntutnya untuk selalu berkembang dan berimprovisasi saat mengajar.

Mahasiswa sekarang termasuk ke dalam golongan milenials yang berpikir kritis dan idealis. Sistem pembelajaran kepada mahasiswa milenial tidak bisa dilakukan dengan "marah-marah" dan dominasi dosen. 

Seorang dosen harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Apalagi sebagai dosen muda harus bisa menjadi "sahabat" bagi mahasiswa, sehingga proses pembelajaran menyesuaikan dengan gaya millennials. Penyesuaian teknologi dan gaya mengajar menjadi hal krusial yang harus dibenahi dalam menghadapi mahasiswa "zaman now", Ujar Mirra.

Sebagai dosen muda, Mirra tak ingin posisinya dipandang sebelah mata, karena dinilai masih minim pengalaman. Hal tersebut juga menjadi tantangan untuknya agar dapat berprestasi dan menghasilkan karya-karya ilmiah yang bermanfaat bagi banyak orang. 

Sebagai sosok pantang menyerah,  harus banyak belajar dan menyesuaikan dengan cepat agar dapat menjadi seorang dosen yang benar-benar profesional, dengan tetap menghormati senior-seniornya.

"Dosen-dosen muda dinilai lebih cakap teknologi, memiliki idealisme, semangat yang tinggi, inovasi, dan kreatifitas. Seperti pernyataan dari Bung Karno, "Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia". Dengan kehadiran dosen-dosen muda diharapkan dapat membawa pendidikan tinggi Indonesia ke level yang lebih tinggi lagi," katanya.

Pendengar yang Baik

Sosok yang terlahir dari keluarga Akademisi dan berkarir menjadi Dosen sejak Tahun 2016 ini, mengatakan selain menjadi pendidik yang baik, dosen harus menjadi pendengar yang baik. 

Terkadang salah satu masalah yang sering dihadapi dosen adalah tidak mau mendengar dan cenderung resist. Keegoan tersebut harus dibuang, karena sebagai dosen harus menerima saran, masukan, dan pendapat pihak lain.

"Saya beberapa kali mencoba menerapkan menjadi seorang pendengar yang baik bagi mahasiswa, ternyata mahasiswa zaman sekarang memiliki ide, kreativitas, dan inovasi yang luar biasa. Kita harus menjadi pendengar yang baik agar dapat memahami dan peka terhadap situasi dan perubahan yang terjadi," ujarnya.

Melek Teknologi

Selain itu, literasi teknologi atau "Melek Teknologi" adalah sebuah keharusan bagi seorang dosen. Saat ini, banyak platform yang bisa digunakan dalam proses akademik. Teknologi merupakan suatu alat untuk memudahkan pekerjaan manusia, sehingga dosen harus menyadari hal tersebut. 

Dosen harus terbuka terhadap hal-hal yang baru, menerima dan mengikuti perubahan, serta harus belajar dengan cepat. Teknologi harus dikuasai oleh manusia, jangan sampai teknologi yang menguasai manusia.

Menghadapi era disrupsi di dunia pendidikan akan timbul ragam teknologi yang semakin canggih. Bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan, sistem pembelajaran tidak lagi dilakukan di kelas secara konvensional. Namun menggunakan teknologi, seperti pembelajaran jarak jauh, E-Learning, dan sebagainya. Teknologi-teknologi seperti itu menjadi disrupsi bagi dosen-dosen yang tidak mau menerima perubahan.

"Saat ini, sebagian besar saya masih menggunakan sistem pembelajaran lama yang bersifat konvensional. Namun, di beberapa kelas saya telah menggunakan e-learning sebagai salah satu metode belajar mengajar," ungkapnya.

Mirra mengemukakan, secara garis besar, sistem pengajaran dosen model "Lama" saat ini masih bisa digunakan. Namun, perubahan perlu dilakukan secara bertahap. Mengapa perlu perubahan? Tidak menutup kemungkinan bahwa sistem pembelajaran masa depan tidak sama seperti saat ini. 

Bisa saja dosen yang mengajar berada di daerah yang berbeda dengan mahasiswanya, namun tetap dapat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan teknologi. 

Saat ini, beberapa konferensi saja telah menerapkan virtual presentation, di mana kita dapat mengikuti dan presentasi walaupun di kota yang berbeda. Artinya, dosen harus menyiapkan diri dan meningkatkan kompetensi, khususnya literasi teknologi agar dapat menyesuaikan tuntutan zaman.

Santai dan Tidak terlalu Kaku

Menurut Mirra, "Kuliah merupakan hal serius tapi bukan berarti anda harus menjadi sosok dosen yang sangat serius dan kaku yang tidak bisa diajak bercanda, memasang tampang menyeramkan dan tidak bersahabat. Serius namun santai akan membuat suasana perkuliahan menjadi lebih hidup. 

Anda sendiri juga tidak akan merasa tegang atau merasa terkungkung dengan profesimu sebagai pengajar sehingga malah menimbulkan jarak akibat status dosen dan mahasiswa".

dokpri
dokpri
Bersahabat Dengan Mahasiswa

Tak hanya itu, Mirra berusaha bisa dekat dengan mahasiswanya. "Saya termasuk dosen yang akrab dengan mahasiswa. Usia mahasiswa khususnya S1 rata-rata 17 hingga 23 tahun, di mana mereka membutuhkan figur pendidik yang dapat mengarahkan mereka. 

Saya termasuk dosen yang memegang prinsip bahwa saya harus menjadi "sahabat" bagi mahasiswa. Dengan begitu, secara psikologis kita dapat lebih mudah mengarahkan dan membimbing mahasiswa," tegas Mirra. (Kompasiana.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun