Â
PENDAHULUAN
      Salah satu teori yang paling berpengaruh dalam psikologi behavioristik adalah teori classical conditioning atau yang lebih dikenal dengan stimulus-respons, yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov. Ivan Pavlov, merupakan seorang fisiolog asal Rusia yang terkenal melalui eksperimennya yang melibatkan anjing. Dalam eksperimen tersebut, Pavlov menemukan bahwa anjing dapat belajar untuk mengasosiakan suara bel dengan makanan, sehingga suara bel yang awalnya netral menjadi stimulus terconditioned yang memicu respon terconditioned berupa air liur. Prinsip dasar teori ini kemudian diadopsi dalam berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Dalam konteks pendidikan modern penerapan prinsip-prinsip Pavlov dapat menjadi alat yang efektif untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Pendekatan perilaku menekankan pada saat ini atau saat ini. Semua yang didapatkan seseorang dari lingkungannya dapat menjadi rangsangan atau stimulus untuk berperilaku atau merespon. Begitu pula, ketika peserta didik dinilai, stimulus dari lingkungan belajar mereka dapat memengaruhi perilaku belajar mereka (Sulastri & Sudianto, 2024).
      Teori belajar merupakan elemen esensial dalam memahami bagaimana manusia memperoleh, mengolah, dan menerapkan pengetahuan. Salah satu teori yang memiliki dampak signifikan dalam pengembangan praktik pendidikan adalah teori stimulus-respon oleh Ivan Pavlov. Dalam eksperimen klasiknya dengan anjing, Pavlov berhasil menunjukkan bahwa respons alami dapat dimodifikasi dengan cara mengasosiasikan stimulus baru melalui pengondisian klasik. Penemuan ini membuka jalan bagi pengembangan psikologi behavioristik yang menjadi landasan bagi berbagai strategi pembelajaran. Di era modern, pendidikan menghadapi tantangan besar dengan perkembangan teknologi digital dan perubahan cara belajar peserta didik. Teknologi telah mengubah cara informasi disampaikan, mengintegrasikan pendekatan berbasis media digital dan gamifikasi dalam pembelajaran. Dalam konteks ini, teori stimulus-respon mendapatkan relevansi baru sebagai salah satu alat untuk memahami dan mengarahkan perilaku peserta didik dalam lingkungan belajar yang dinamis.
Selain itu, munculnya teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), pembelajaran berbasis data, dan platform pembelajaran daring telah memberikan peluang baru untuk menerapkan teori stimulus-respon. Misalnya, personalisasi pembelajaran yang memanfaatkan algoritma adaptif dapat menggunakan stimulus tertentu untuk mendorong respons belajar yang lebih efektif. Sebagai contoh, pemberian notifikasi atau umpan balik instan dapat membantu siswa mempertahankan motivasi dan fokus belajar. Namun, teori stimulus-respon tidak hanya relevan dalam konteks teknologi. Dalam lingkungan belajar konvensional, prinsip-prinsip ini dapat digunakan untuk membangun suasana belajar yang kondusif, seperti melalui pemberian pujian verbal, sistem penghargaan kelas, atau bahkan strategi manajemen perilaku. Oleh karena itu, penelitian ini tidak hanya menyoroti penerapan teori stimulus-respon dalam konteks teknologi, tetapi juga mengeksplorasi bagaimana prinsip ini dapat diintegrasikan dengan metode pembelajaran tradisional untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih holistik dan adaptif.
      Penerapan teori Pavlov dalam pendidikan modern dapat dilihat melalui beberapa teknik yang dapat digunakan oleh pendidik untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa. Salah satu teknik yang dapat diterapkan adalah penggunaan penguatan positif. Penguatan positif yaitu jika seseorang melakukan sesuatu dalam situasi tertentu yang diikuti langsung oleh penguatan positif, maka mereka lebih cenderung melakukan hal yang sama lagi di situasi yang sama berikutnya (Dialektika et al., 2023). Dalam penelitian lain oleh Listia et al., (2023) mengatakan bahwa pemberian penguatan atas perilaku anak memberikan dampak kepada tingkah anak selanjutnya. Dalam konteks ini, guru dapat memberikan pujian atau reward kepada siswa setelah mereka menyelesaikan tugas dengan baik. Penguatan positif ini berfungsi sebagai stimulus yang dapat meningkatkan kemungkinan siswa untuk mengulangi perilaku yang diinginkan di masa depan. Seperti hasil penelitian dari Nengsi dan Wahyuni (2024) menunjukkan bahwa apresiasi dan penguatan positif secara teratur dapat meningkatkan minat dan keinginan siswa untuk belajar di kelas.
      Selain itu, pembelajaran melalui asosiasi juga merupakan aspek penting dari penerapan teori Pavlov dalam pendidikan. Menurut Nasucha (2019) pembelajaran asosiasi yaitu, pengalaman atau ingatan akan satu objek cenderung menimbulkan ingatan akan hal-hal yang serupa dengan objek tersebut. Dengan mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman atau objek yang sudah dikenal siswa, guru dapat membantu siswa memahami konsep baru dengan lebih baik. Misalnya, menggunakan gambar atau video yang relevan untuk menjelaskan konsep yang kompleks dapat membantu siswa mengasosiasikan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada, sehingga memudahkan proses pembelajaran. Di era modern, pendidikan menghadapi tantangan baru dengan munculnya teknologi digital dan perubahan kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis kembali relevansi teori stimulus-respon dalam konteks pendidikan saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan teori Pavlov dalam konteks pendidikan modern.
LANDASAN TEORIÂ
Teori Stimulus-Respon oleh Ivan Pavlov
Teori stimulus-respon merupakan bagian dari psikologi behavioristik yang berfokus pada hubungan langsung antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (respons). Dalam eksperimen Pavlov, seekor anjing yang biasanya mengeluarkan air liur ketika melihat makanan, akhirnya mampu mengeluarkan air liur hanya dengan mendengar suara bel, yang sebelumnya dipasangkan dengan makanan. Proses ini dikenal sebagai pengondisian klasik, di mana stimulus netral menjadi stimulus terkondisi melalui asosiasi berulang.
Prinsip dasar teori Pavlov melibatkan tiga komponen utama: