Mohon tunggu...
Mirna Jullyonedini Nasela
Mirna Jullyonedini Nasela Mohon Tunggu... -

saya adalah mahasiswi prodi Ilmu Komunikasi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta angkatan 2015 my friends usually call me crazy, "pecicilan", ect. but for me the right word that can describe me is "Antimainstream". I come from Bogor but not sundanese people, actually a central java person but can't speak javanese . and my favourite quotes is "Why so serious?" haha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ingin Menjadi Kreatif? Belajarlah dari Anak Kecil

5 Desember 2015   13:00 Diperbarui: 5 Desember 2015   14:39 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Semakin merasa tahu banyak hal, semakin saya tidak tahu apa-apa"

-Socrates-

             Dalam salah satu artikel yang pernah saya posting, saya pernah menulis tentang “tidak ‘normal’ bukanlah kesalahan” yang bisa dilihat di sini. Dalam artikel tersebut kita bisa melihat bahwa menjadi berbeda itu tidak buruk, bahkan berbeda adalah aset. “Berbeda” sebagai aset erat kaitannya dengan kreativitas. Orang-orang yang kreatif selalu memiliki ide-ide dan terobosan baru karena cara berpikirnya yang berbeda dengan kebanyakan orang dan disitulah “nilai jual” mereka. Akan tetapi, seringkali semakin dewasa usia seseorang dan semakin banyak pengetahuan yang ia dapat justru berbanding terbalik dengan tingkat kreativitas.

            Di Amerika, pernah ada sebuah survei yang mengungkapkan kadar kreativitas seseorang berdasarkan tingkat usia. Menariknya, hasil dari survei tersebut justru menunjukkan bahwa tingkatan usia dengan kadar kreativitas tertinggi adalah anak-anak. Seperti inilah kadar kreativitas yang terungkap:

            Anak usia 5 tahun: 95%

            Anak usia 10 tahun: 60%

            Dewasa (di atas usia 18 tahun): 2%

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apa yang menyebabkan anak-anak lebih kreatif daripada orang dewasa? Inilah beberapa hal yang membelenggu kreativitas orang dewasa

Hambatan yang dibuat oleh diri sendiri

Salah satu hambatannya sebenarnya ada di dalam diri kita sendiri. Kita seringkali cenderung mencari “aman” dan enggan mencoba hal-hal baru. Hambatan dalam diri orang dewasa juga salah satunya tidak berani bermimipi besar, kita sering merasa bermimpi hanyalah milik anak-anak sedangkan orang dewasa harus selalu realistis.

Takut dianggap bodoh

Seringkali orang dewasa tidak banyak bertanya. Juga tidak mau mengungkapkan hal-hal yang tidak lazim karena takut dianggap bodoh dan lebih memilih untuk diam dan mengikuti ketetapan yang sudah ada

Merasa sudah tahu banyak

Karena merasa usianya sudah dewasa, orang dewasa juga merasa sudah tahu banyak. padahal semakin banyak hal yang kita tahu sebenarnya seharusnya kita menyadari banyak hal di dunia ini yang belum kita ketahui.

Menutup hati

Orang dewasa itu biasanya mudah curiga, sulit menerima orang lain dan juga masukan dari orang lain. Ini juga yang menghambat kreativitas, karena inspirasi bisa datang dari mana saja dan dari siapa saja. 

Bagaimana menumbuhkan jiwa kreatif?

Belajarlah dari anak-anak.

Kita bisa meniru apa yang dilakukan oleh anak-anak untuk menjadi kreatif

ANTUSIAS + SPONTAN

Sebagaimana anak-anak pada umumnya, kembalilah ke jiwa kanak-kanak yang penuh antusiasme. Selalu semangat dan antusias dalam mengerjakan sesuatu.

SUKA MENCOBA HAL BARU

Anak-anak selalu tertarik dengan hal-hal baru, saatnya kita merubah diri keluar dari rutinitas yang membosankan dengan hal-hal baru. Hal sederhana yang bisa dilakukan mulai dari mencoba makan siang di tempat berbeda setiap harinya, karena sekali lagi, inspirasi ada di mana saja.

BERANI BERMIMPI BESAR

Tidak usah merasa tidak mampu merealisasikan sebuah mimpi. Bermimpi itu gratis, bermimpilah setinggi-tingginya. Banyak hal luar biasa yang berawal dari mimpi!

BERANI MENERIMA TANTANGAN

Keluarlah dari comfort zone anda, dan berani menerima tantangan seperti anak-anak yang selalu menerima tantangan tanpa banyak pertimbangan.

BANYAK BERTANYA

Tidak perlu merasa bodoh karena bertanya, sesungguhnya pertanyaan itu selalu memancing ide-ide dan pengetahuan baru bagi kita. Tak perlu takut pertanyaan kita dianggap bodoh, setiap orang punya hak menyatakan pendapat

TIDAK PUSING DENGAN KOMENTAR ORANG

Inilah bagian terpenting, seringkali orang dewasa terlalu memusingkan perkataan orang. Selalu menjadikan komentar orang lain pertimbangan dalam mengambil keputusan. Takut dibilang “begini” atau “begitu”, padahal ini adalah hidup kita dan kita bebas melakukan apa saja selagi tidak merugikan orang lain. Jadikan komentar negatif dari mereka sebagai motivasi.

 

Selain belajar untuk menggali kembali jiwa kanak-kanak kita, kreativitas juga memerlukan ide. Di jaman yang serba canggih ini ide seharusnya lebih mudah kita dapatkan. Akses informasi yang sangat luas harus kita manfaatkan. Jadikan informasi yang kita dapatkan dari televisi, internet/social media, buku, koran, bahkan dari orang lain yang sharing pengalamannya bukan hanya sebagai sekedar mengisi hari tapi jadikan sebagai cara untuk MENDAPATKAN INSPIRASI.

 

“tidak usah memperdulikan komentar negatif dan cemoohan orang lain, belajarlah dari anak-anak yang selalu bebas berkreasi tanpa memikirkan ini dan itu. Bebaskan diri dari merasa paling tahu menjadi rasa untuk ingin tahu lebih banyak hal. Be Childlike... Not Childish!” -@Mirna_Jullyone

“stay hungry, stay foolish”

Steve Jobs

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun